Connect with us

Azizah Minta Guru Kembangkan Imajinasi Dalam Mengajar Di Tengah Pandemi

Siti Nur Azizah Putri Wakil Presiden RI, Founder SNA Initiative

Edukasi

Azizah Minta Guru Kembangkan Imajinasi Dalam Mengajar Di Tengah Pandemi

Kondisi pandemi di Indonesia yang berlangsung hampir dua tahun, ditambah pemberlakuan pembatasan sosial yang ketat dikhawatirkan berdampak serius terhadap kualitas pembelajaran siswa. Karenanya, guru dituntut memiliki metode khusus dalam mengajar agar para siswa dalam keterbatasan tersebut tetap bisa berkembang kemampuannya. Salah satu cara yang bisa dipilih adalah dengan mengembangkan pendekatan bercerita dalam menyampaikan bahan ajarnya.

Demikian disampaikan Siti Nur Azizah Ma’ruf founder SNA Initiative kepada ratusan peserta Bimtek (bimbingan teknis) Cerita Islami (Ceris) yang digelar oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur, Rabu (14/7) kemarin.

Azizah mengatakan, bahwa saat ini guru bukan hanya dituntut pandai beradaptasi dengan teknologi, namun juga harus mumpuni dalam hal metode mengajar yang terus diperbaharui agar sesuai dengan kondisi belajar siswa pada masa pandemi. Guru harus bisa bercerita menarik secara lisan dan lebih baik lagi secara tulisan. Karya cerita dalam bentuk tulisan ini akan menjadi kemajuan jaman.

“Dengan tantangan keterbatasan ruang gerak kita saat ini sesungguhnya merupakan kesempatan terbaik bagi para penulis cerita untuk unjuk diri membangun ruang imajinasi. Disaat para siswa tersandera belajar di rumah dan tidak boleh kemana-mana, maka waktunya kita menjemput mimpinya dengan cerita-cerita inspiratif menuju ruang imajinasi yang luas. Dengan adanya genre ceris, kita berkesempatan membantu mereka mempersiapkan masa depannya secara optimis dan gemilang”, ungkap puteri Wakil Presiden RI K.H Ma’ruf Amin tersebut dalam paparannya.

Azizah menekankan pentingnya merawat imajinasi anak dengan mengutip kata-kata Albert Einstein “Imagination more important than knowledge”. Imajinasi itu lebih penting dari pengetahuan, imajinasi itu tidak dibatasi ruang fisik, dia lebih luas bahkan mungkin tak terbatas. Bila pengetahuan hanya melangkah, maka imajinasi mengajak kita melompat jauh ke depan. Karenanya merusak imajinasi anak dapat disamakan dengan upaya merusak masa depan bangsa.

“Kita mesti menitipkan imajinasi kolektif bangsa ini kepada anak-anak Indonesia melalui cerita-cerita yang baik dan berkualitas. Titipkanlah rasa cinta, keberagaman, kebersamaan, kemanusian, dan semangat menjaga lingkungan kepada anak-anak Indonesia dalam setiap kata yang ditulis. Melalui Ceris, kita bisa menyisipkan pesan moral penting keberagamaan yang lebih sejuk dan rahmatan lil ‘alamin. Bukan membakar semangat kebencian dan kekerasan yang bisa merusak persatuan”, ungkap Azizah.

Dalam acara yang dihadiri Bupati Lumajang Thariqul Haq, Azizah menyarankan agar para penulis cerita lebih mengenal ragam kecerdasan anak secara psikologis. Misalnya teori kecerdasan majemuk yang dikembangkan oleh seorang psikolog perkembangan dan professor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard Univercity, Amerika Serikat Howard Gardner, mengajarkan kita bahwa setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang berbeda-beda. Ada kecerdasan berhitung, gerak tubuh, bahasa, interaksi dengan alam raya, interaksi dengan manusia, musikal, dan lain sebagainya yang harus dilayani dalam naskah cerita yang berbeda.

“Ceris dapat menjadi panggung imajinasi anak Indonesia. Sehingga meskipun mereka memiliki jenis kecerdasan yang berbeda, mereka diharapkan dapat menikmatinya. Kelihaian seorang penulis cerita akan diuji di sini. Semoga saja peserta bimtek pada hari ini dapat menghasilkan karya-karya yang berkualitas dan legendaris. Sebab cerita-cerita yang berkualitas sangat penting dalam membentuk karakter bangsa dan sumberdaya manusia Indonesia yang unggul”, tutupnya.

To Top