Connect with us

Nama Sambal ErTe Asal Tangsel Berawal dari Jabatan Ketua RT

Info Tangsel

Nama Sambal ErTe Asal Tangsel Berawal dari Jabatan Ketua RT

Bicara soal kuliner nusantara memang tidak ada habisnya. Bermacam-macam kuliner dari berbagai daerah menjadi ciri khas dan kebanggaan tersendiri. Seperti beberapa kuliner di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang memiliki ciri khas dari produknya. Salah satunya, Sambal Bu ErTe yang memiliki keunikan nama dan rasa. Selintas dibaca dari nama produknya terdengar unik. Tapi tahukah anda, alasan dinamakan Sambal Bu Erte ini?

Nama Sambal Bu ErTe yang diproduksi di Jalan Pepaya No.5, RT 03, RW 05, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Tangsel berawal dari seorang bernama Yati Maemunah yang menjabat sebagai Ketua RT setempat dan kerap dipanggil dengan sebutan Bu RT oleh warga. Nah, disitulah cikal nama produk itu.

“Awal usaha ini karena suami yang suka sambal, makanya sering buat sambal, hingga saat kumpul dengan tetangga sambal buatan saya dicoba, alhamdulillah bikin nagih tetangga. Terus dijadikan usaha dan nama produk ini tak terlepas dari panggilan saya sama warga, Bu RT,” ungkap Yati Maemunah, Produsen Sambal Bu ErTe saat ditemui di kediamannya, Jumat (26/10/2018).

Bahan baku pembuatan sambel Bu Erte

Selain memiliki keunikan nama produk, Sambal racikan Yati ini menyediakan berbagai varian rasa dan level pedas, yakni Sambal Bawang, Sambal Terasi, Sambal Teri Medan, Sambal Teri Jengki, dan Sambal Rawit ijo.

Sambal Bu ErTe ini cocok untuk menemani lauk makan bagi pecinta kuliner. Selain penambah nafsu makan, pecinta kuliner bakal dibuat ketagihan dan keringetan.

Yati Maemunah mengungkapkan, sambal racikannya terbuat dari bahan bumbu dapur yang sangat sederhana seperti kebanyakan masyarakat membuat sambal. Namun, Sambal Bu ErTe diakui warganya berbeda dengan sambal lainnya.

“Sesuai di label produk saya, komposisi olahannya tidak ada yang dikurangi. Kalo ditanya soal rasa yang beda, mungkin beda tangan beda rasa. Dan saya sendiri yang langsung membuat dengan cara yang tradisional tanpa bantuan mesin (blender),” ungkapnya serambi tersenyum.

Yati mengatakan, produk yang digelutinya selama setahun lebih telah dipasarkan keberbagai luar daerah hingga ke luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, dan negara tetangga lainnya. Pemasaran ini tentunya, lanjut Yati, tak terlepas dari peran pemerintah daerah dan asosiasi pelaku yang terus mendukung dan memfasilitasinya, baik dari aspek legalitas hingga pengetahuan tentang produk.

“Penjualan kita sudah berbagai daerah seperti Tangsel, Bandung, Bekasi. Malahan sudah ke luar negeri. Kita juga jual di online shop. Perkembangan ini tentunya saya juga berterima kasih pada Pemda dan ASIPA (Asosiasi Industri Kreatif dan Pelaku Usaha (ASIPA) yang membantu mengembangkan produk saya,” ujarnya.

Dia juga berharap, kedepannya produk kuliner olahannya dapat berkembang dan mampu bersaing dengan produk lainnya. “Pengennya nanti buat resto tapi Sambal Bu ErTe tetap jadi andalan produk utamanya. Seperti Waroeng SS gitu. Doain ya!” harapnya. (Jum)

To Top