Connect with us

12 Tahun Mencari Jati Diri, Quo Vadis Ikonis Kota Tangsel?

Opini

12 Tahun Mencari Jati Diri, Quo Vadis Ikonis Kota Tangsel?

Oleh : Dwi Haryanto
Sekretaris SMSI Kota Tangsel

Belum lama hari jadi Kota Tangerang Selatan (Tangsel) ke-12 dirayakan dengan kondisi yang tidak biasanya, wabah pandemi melululantakkan hampir seluruh sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama pada sektor kesehatan dan perekonomian. Seluruh warga NKRI sedang dirundung bencana dan diuji ketangguhannya oleh coronavirus disease 2019 (covid-19) tak terkecuali di Kota Tangsel.

Lazimnya perayaan atau pesta seremoni hari ulang tahun sebuah kota biasanya berbiaya besar, tetapi pesta ke-12 Kota Tangsel dilakukan dengan penuh kesederhanaan dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat. Pelbagai acara dikemas dengan konsep work from home, metode daring kegiatan sosial serta santunan anak yatim.

Namun dari pembahasan tentang hari berdirinya Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang dicetuskan pada tanggal 26 November 2008 yang menarik adalah Kota Tangsel dengan motto; Cerdas, Modern, dan Religius tampaknya masih sedang mencari-cari jati dirinya, dan faktanya warga Tangsel masih diberi banyak pilihan simbolis atas tafsir dari sifat sebuah kota di umurnya yang ke-12 ini. Tangsel masih belum menampakkan hal-hal yang ikonis sehingga menjadi pembeda dengan kota dan kabupaten disekelilingnya, seperti Kota Jakarta, Kota Tangerang, Kota Depok, dan Kabupaten Tangerang.

Sebelumnya, Tangsel diidentikkan dengan Tanaman Anggrek walaupun dari sudut mana Tangsel menjadi Kota Angrek? apakah persona kecantikan walikotanya diidentifikasi menjadi simbol bunga anggrek?, lalu berikutnya ondel-ondel khas betawi yang selalu dimunculkan di setiap kegiatan pemerintah Kota Tangsel, apakah hal tersebut bagian dari budaya Tangsel?, kemudian Blandongan yang masih mencerminkan sifat budaya betawi yang dominan di Tangerang Selatan. Lalu apa saja budayanya? apa yang menjadi kekhasan kota ini? Namun jika melihat kesukuannya, Tangsel sendiri memiliki beragam suku seperti jawa, sunda, batak, tionghoa, minangkabau, terlebih Tangsel berada di Provinsi Banten yang notabene banyak orang-orang sunda Banten bermigrasi dan mencari penghidupan di Tangsel, dan suku bangsa lainnya.

Melihat atas fenomena idientitas Tangsel sendiri penulis mencoba untuk melihat apa sebenarnya yang cocok untuk menjadi ikon Kota Tangsel. Layaknya kota Surabaya dengan patung Buaya dan Hiunya, lalu Jogja, dengan kesultanannya, pekalongan dengan batiknya, Depok dengan Belimbingnya, Kerawang dengan Jaipongnya, dan juga masih banyak lagi lainnya sesuai dengan idientitas masing-masing kota tersebut.

Dan dari hasil kesimpulan sementara penulis mengganggap bahwa ikon Tangsel identik dengan persona walikotanya saat ini yakni Hj. Airin Rachmi Diany. Hal tersebut, bukan hanya sebagai walikota dua periode saja melainkan berdasarkan orang luar di Tangsel atau orang yang diluar pulau jawa mengenal Tangsel karena melihat Airinnya, bukan melihat anggrek dan ondel-ondelnya. Terlepas setuju atau tidak, tapi ini bagian idientitas dari Tangsel itu sendiri.

Melihat Ikon Tangsel Dengan Bunga Anggreknya

Sejak kapan Anggrek menjadi ikon Tangsel, Hal tersebut berdasarkan pemberitaan media tahun 2011 yang menyebutkan Anggrek diusulkan menjadi Ikon di Tangsel oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangsel, Mursan Sobari, yang menurutnya banyak petani di Tangsel membudidayakan Anggrek hingga sampai ekspor ke mancanegara. Tapi yang menjadi otokritiknya adalah sampai detik ini lahan anggrek yang seharusnya dimiliki sendiri oleh pemkot Tangsel tidak ada. Malah penggusuran lahan untuk pengembangan property lebih marak di Tangsel.

Karena diketahui petani-petani anggrek itu sendiri berasal dari milik-milik pribadi swasta, atau pun korporasi. Memang ada beberapa titik-titik wilayah yang masih membudidayakan Anggrek khususnya jenis Vanda Douglas dan Shower. Namun permasalahannya, jika memang berniat menjadikan Anggrek sebagai ikon Tangsel, seharusnya Tangsel sudah memiliki lahan sendiri untuk membudidayakannya, minimal meminta seluruh pengembang property yang ada di Tangsel untuk membudidayakan Anggrek di setiap perumahan bahkan sampai di perkampungan.

Menurut penulis, sikap menyatakan Ikon Tangsel sebagai Kota Anggrek masih sangat jauh dari mimpi, dan tidak menutup kemungkinan setelah kepemimpinan Airin selesai, pemimpin selanjutnya bisa melanjutkan harapan Anggrek menjadi ikon di Tangsel, dengan catatan punya lahan mandiri dan menyebarnya Anggrek di setiap lini kehidupan di masyarakat Kota Tangsel.

Ondel-Ondel Dan Budaya Betawi Di Tangsel

Jika melihat sejarah Kota Tangsel yang awalnya dibentuk bermula dengan nama Cipasera, sehingga pada akhirnya pada 29 Oktober 2008 melalui Mendagri, Mardianto Kota Tangerang Selatan diresmikan dengan memiliki 7 kecamatan meliputi Ciputat, Pamulang, Serpong, Pondok Aren, Serpong Utara, Ciputat Timur, dan Setu. Dengan berbagai macam suku bangsa di dalamnya, bahkan suku yang tertua sekalipun dalam sejarah di Tangsel adalah suku Tionghoa.

Jika suku Tionghoa tertua di Tangsel, seharusnya pemerintah berani mengambil sikap, untuk tetap menjaga dan melestarikan budaya Tionghoa tersebut, semua suku dan budaya di Tangsel ini didominasi pendatang dari berbagai penjuru mata angin, tentunya Pemerintah mau tidak mau harus menghormati suku dan budaya yang ada, bukan hanya budaya Ondel-ondelnya saja yang di tonjolkan.

Dan perlu diketahui bersama bahwa Ondel-ondel sendiri sudah diclaim dan menjadi simbol DKI Jakarta pada masa pemerintahannya Ali Sadikin sebagai gubernur Jakarta (1966-1977). Jangan sampai nantinya Tangsel dipermasalahkan idientiasnya lantaran mengclaim Ondel-ondel sebagai icon Tangsel.

Tentunya dengan beragam suku bangsa, agama yang ada di Tangsel sesuai dengan mottonya yang religius baik dari eksekutif dan legilatif yang memiliki power di dalam pemerintahan keharusan memiliki visi dan misi menjadikan Kota Tangsel yang lebih humanis, Indah, dan nyaman tidak diselimuti rasa takut lantaran ada dua patung yang selalu menjaga pintu-pintu dinas di pemerintahan kota Tangsel.

Terkenalnya Tangsel Dari Sosok Airin

Sebagai Walikota Kota Tangerang Selatan dua periode, Airin Rachmi Diany adalah sosok tokoh perempuan yang banyak menginspirasi di setiap kalangan baik dari segi politik karena bagian dari keluarga dinastinya, kemajuan infrastruktur jalan dan jembatan di Tangsel, banyak landmark yang artistik dibangun dengan citarasa modern di periode kepemimpinannya serta taman-taman tematik turut ditumbuhkembangkan, membuat Tangsel menjadi kota yang nyaman untuk disinggahi dan menjadi unsur pemikat destinasi wisata lokal maupun regional.

Menjabatnya Airin sebagai walikota bukan hanya sebagai penguasa di dalam pemerintahannya saja, beragam ujian sudah dilaluinya bahkan kerap mengorbankan waktu kebersamaanya bersama keluarga tercinta hanya semata-mata untuk mengemban amanah, patut diacungi jempol, dan diberi apresiasi karena Airin mampu menjalankan tugasnya sebagai pemimpin di Tangsel, terlepas dari segala kekurangannya sebagai mahluk Allah yang tak luput dari salah dan kealpaan.

Selain dari itu, meskipun kerap dianggap bagian dari keluarga dinasti tetapi tak menyurutkan langkah Airin untuk selalu hadir dan berpihak terhadap kepentingan seluruh golongan, strata sosial warganya dan lebih banyak mengakomodir kepentingan-kepentingan masyarakat kelas menengah ke bawah, seperti contohnya dengan tetap memberi ruang dan membimbing pengusaha lokal, UMKM untuk berkembang walaupun dengan keterbatasan anggaran.

Dan yang tidak menjadi perdebatan adalah masalah paras wajahnya, sehingga di Tangsel dikenal memiliki Walikota Cantik, Pintar, dan Energik. Sehingga di daerah-daerah lain kini muncul walikota dan bupati Cantik yang memimpin di daerahnya masing-masing. Hal ini lah yang menjadi inspirasi bagi semua kalangan sehingga Tangsel terkenal lantaran pemimpinnya adalah perempuan yang cantik, pintar, energik, dan mampu mengelola pemerintahan dengan baik hingga Tangsel maju sampai saat ini.

Ditarik dalam benang merah terkait identitas Kota Tangsel yang mejemuk dan beragam saat ini, Kota Tangsel dikenal berkat Airin Rachmi Diany terlepas dari isu-isu negatif dan positif. Karena melalui kepemimpinan beliau lah Tangsel menjadi Kota yang cepat berkembang baik secara pendapatan daerahnya, merebaknya property dan perumahan, bahkan Kota yang masih dibilang masih muda mampu melebihi kota dan Kabupaten sebelumnya.

Menurut hemat penulis Airin Rachmi Diany layak untuk dijadikan figur ikon Tangsel yang melekat, karena menemukan sosok Airin belum tentu juga akan terulang kembali, dan pendapat-pendapat khalayak masyarakat di luar Tangsel beranggapan bahwa Tangsel adalah Airin dan Airin adalah Tangsel.

Terlepas daripada itu semua, Tangsel semakin lama akan semakin dewasa pada akhirnya dan penulis berharap kepada kepemimpinan selanjutnya bisa membawa Kota Tangsel menjadi Kota yang lebih baik lagi, tentunya dengan motto dari Kota yang Cerdas masyarakatnya, Modern Budayanya, dan Religus Masyarakatnya adalah dambaan bagi masyarakat yang tinggal di Kota Tangsel secara khusus dan masyarakat umum lainnya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top