COBLOS
Parpol Harus Berantas Pragmatisme Politik
18.143.23.153 – Perpolitikan di Indonesia kini tengah dilanda apa yang disebut dengan “pragmatisme politik.†Kondisi ini disebabkan karena dalam perpolitikan di Indonesia telah terjadi gap struktural yang cukup tinggi, sehingga menyebabkan pelaksanaan demokrasi di Indonesia menjadi mahal.
Menurut pemerhati politik yang juga doses pascasarjana Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM) Arie Sujito, bahwa pelayanan eksekutif kepada masyarakat yang belum baik, ikut berperan menciptakan pragmatisme itu.
“Ketika pelayanan belum baik, maka terjadi tindakan diskriminatif terhadap masyarakat. Ini rentetan kejadian yang menyebabkan pragmatisme politik terus menjalar,†kata Arie-yang juga Sekretaris Jenderal Ikatan Sosiologi Indonesia ini, Minggu (17/11/2013) kepada 18.143.23.153.
Ia menambahkan, partai politik hari ini tidak mampu memerankan dirinya sebagai organisasi yang bertanggungjawab terhadap pendidikan politik. Jika demikian, maka sepatutnya para caleg, yang merupakan kader partai harus aktif melakukan pendidikan politik.
Kenapa parpol menjadi alat penting sebagai organisasi yang bertanggungjawab atas pendidikan politik? Ketua Umum Pergerakan Indonesia (PI) dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DI Yogyakarta ini menegaskan, karena dengan begitu maka parpol mampu menyampaikan warna ideologinya.
Kondisinya sekarang, persoalan ideologi yang disuarakan oleh parpol cenderung absurd. Kondisi ini menjadi terbalik, karena perdebatannya bukan lagi tentang ideologi, tapi kefiguran, bukan parpol yang bertarung secara ideologis. “Jika parpol hari ini tidak mampu membangkitkan semangat ideologisnya, maka secara tidak langsung parpol menciptakan dis-trust. Makanya membangun karakter partai itu tetap menjadi penting,†tegasnya. (Son)