Info Tangsel
Wah! Tangsel Masuk Zona Merah Narkoba
18.143.23.153- Maraknya kasus narkoba yang masuk ke Kota Tangerang Selatan (Tangsel), menuai keprihatinan Badan NarkotiÂka Nasional (BNN). Mereka mengaku kekurangan pegaÂwai untuk mengawasi setiap gerak gerik mencurigakan pengedaran barang haram itu.
Kepala BNN Kota Tangsel, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Heri Istu Hariono mengaku dari data yang dia peroleh, kota otonom termuÂda di Banten ini adalah “syÂurga†bagi para pengedar dan pengguna narkoba. Dia meliÂhat dari letak geografis Kota Tangsel yang menjadi kota penyangga ibukota Jakarta, Depok dan wilayah kota dan Kabupaten Tangerang, TangÂsel menjadi wilayah yang paling aman dalam peredaran dan menyimpan Narkoba.
“Di Kota Tangerang, ada bandara dan LP. Dimana para pengedar kerap menyuÂsupkan narkoba dari bandara dan menggerakkan peredaÂran narkoba bisa dari dalam LP. Sementara Kabupaten Tangerang banyak pabrik-pabrik kimia yang notabene bahan dasar untuk pembuatan narkoba lalu didistribusikan ke Tangsel,†jelas Heri, di Polsek Pamulang, Rabu (11/12).
Kota Tangsel dari beberapa kasus yang mencuat di meÂdia selama setahun terakhir, begitu banyak terjadi penÂangkapan pengedar narkoba di wilayahnya. Dia menconÂtohkan dengan ditangkapnya bandar kategori kelas kakap oleh Polsek Ciputat pekan lalu dengan barang bukti ganja kering sebanyak 1,3 kwintal dan beberapa kasus lainnya.
“Saya mencontohkan fakta ditangkapnya bandar ganja di perumahan wilayah PamuÂlang, dan adanya home inÂdustri pembuatan Sabu di perumahan Vila Melati Mas Serpong beberapa bulan lalu. Itu membuktikan salah satu contoh Tangsel adalah tempat yang aman untuk menyimpan dan membuat narkoba,†tuÂturnya.
Dia juga menganalisa tenÂtang peta lokasi titik rawan narkoba di tujuh kecamatan dan 54 kelurahan di wilayah Kota Tangsel. Hasil dari riset analisanya, semua dalam kateÂgori titik merah dalam peredaÂran dan penggunaan narkoba.
“Semua masuk dalam zona merah rawan narkoba untuk seluruh wilayah Tangsel,†kaÂtanya.
Heri juga mengakui, saat ini dengan ditunjuknya dia sebaÂgai kepala BNN Tangsel, kiÂnerjanya masih mandul. Sebab, saat ini BNN yang baru berusia 2 bulan di Kota Tangsel belum ada SDM yang menguatkan kelembagaan dan dana operaÂsional untuk kegiatannya.
“Saya hanya punya lima personil termasuk saya senÂdiri. Kantor aja masih numÂpang, anggaran operasional belum ada. Saya akui kinerja saya belum ada untuk meneÂkan angka narkoba di wilayah Tangsel,†akunya.
Heri berharap, Pemkot Tangsel segera merealisaÂsikan kantor BNN, sebagai penguat kelembagaan serta menambah SDM untuk kegiaÂtan operasionalnya. Idealnya, BNN suatu kota membutuhÂkan sekitar 60 personil untuk menguatkan lembaganya.
Dia juga perlu instansi terÂkait untuk turut bekerjasama menekan angka narkoba di wilayah Tangsel. “Kita perlu kerjasama dengan Polri dan masyarakat yang mengetaÂhui adanya peredaran dan pengguna narkoba meskiÂpun dari tingkat kecil. Jika dikembangkan bisa menjadi tingkat besar,†kata dia.
Terpisah, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) TangÂsel Saidih mengatakan, meski BNN Tangsel sudah resmi berjalan sejak 1 Oktober 2013 silam, diakuinya hingga kini sepak terjangnya belum perÂnah terdengar. “Kami ketahui BNN Tangsel belum memiliki personil yang utuh dan solid, makanya kini tidak berjalan secara efektif,†jelas Saidih.
Dia berharap, dengan diÂbentuknya BNN Tangsel diharapkan mampu bekerÂjasama dengan pihak kepoÂlisian setempat dan instansi terkait, sehingga angka kriÂminalitas narkoba di wilayÂah Tangsel mampu ditekan. “Masih ada harapan,†pungÂkasnya. (source: satelitnews.co.id)