Connect with us

Komunitas Sepeda Gunung Jalur Pipa Gas

Info Tangsel

Komunitas Sepeda Gunung Jalur Pipa Gas

Di antara pepohonan dan rumput ilalang, ratusan pesepeda menjelajah jalur tanah merah di Lengkong Gudang Timur, Serpong, Kota Tangerang Selatan. Ini merupakan daerah yang menjadi tujuan wisata para penggemar sepeda gunung.

Begitulah suasana bersepeda di jalur pipa gas di selatan Jakarta. Para gowes mania, sebutan bagi para pengayuh sepeda itu, sering kali bertandang di tempat ini. Tak peduli merek sepeda Centurion, Giant, Missile, Orbea, Federal, Polygon, ataupun United. Tua ataupun muda sama-sama suka menekuni olahraga ini. Bahkan para pejabat tinggi di tanah air pun suka menelusuri jalur ini.

Komunitas Sepeda Gunung Jalur Pipa Gas (JPG), begitulah para penggowes itu menamakan kelompok mereka di tempat tersebut. Sesuai nama JPG, komunitas ini biasa menelusuri jalur pipa gas di selatan Jakarta. Panjang trek ini kira-kira hampir 7 kilometer, mulai dari Bintaro Sektor IX hingga Lengkong Gudang Timur, Serpong, Tangerang Selatan.

Lintasan di situ ada dua, yakni trek wisata dan trek teknikal. Jalur wisata berupa trek yang tidak terlalu berat dijelajah untuk penggowes pemula termasuk anak-anak. Adapun jalur teknikal terdiri dari lintasan berkontur dan memiliki banyak rintangan dengan tingkat kesulitan tinggi. Medannya masih alami, tanahnya tanah merah dan dikelilingi beragam jenis pohon.

Di situlah tempat berkumpul berbagai komunitas maupun perorangan pencinta sepeda gunung. “Di sinilah penggiat sepeda di komunitas JPG ngumpul. Saling sharing, mencoba berbagai trek di jalur pipa gas ini,” jelas Odjie Hartono, penggiat sekaligus pengurus komunitas JPG, Sabtu (26/3/2011).

Sesungguhnya, kegiatan komunitas JPG ini sudah memiliki sejarah panjang. Odjie menuturkan, kegiatan bersepeda di jalur ini sudah ada sejak tahun 1992. Letak trek di JPG dianggap strategis karena menghubungkan Bintaro, BSD City, dan Pamulang. Mereka sangat tertantang menaklukkan alam di jalur tersebut.

“Tahun 1996, pengikut kami sangat ramai. Terus sempat vakum saat krisis moner tahun 1997-1998 dan eksis kembali di tahun 2002,” kata warga BSD City Sektor 1 tersebut.

Sejak saat itu, komunitas JPG berkembang pesat, apalagi setelah penggunaan sepeda menjamur di ibu kota. Hingga kini, Odjie tidak bisa menjumlahkan anggota komunitas JPG. “Wah, anggota kita banyak banget. Ada yang datang dari Rawamangun, Bogor, Lebak Bulus, sampai Serpong. Ratusan pesepeda,” kata penyuka trek teknikal di JPG itu.

Salah satu pesepeda yang ikut bersepeda, Karnyo, mengatakan, ia sudah memiliki jadwal rutin untuk bersepeda di markas besar komunitas JPG. Setiap akhir pekan ia selalu datang ke tempat ini, biasanya mulai pukul 06.00 sampai 10.00.

Karnyo pun mengaku sangat menikmati trek teknikal yang cukup menantang di jalur tersebut. “Konturnya naik turun. Ada sungainya, ada jalur roller-coaster. Medannya berliku-liku,” kata warga Bintaro Jaya, Kota Tangerang Selatan, tersebut.

Banyak juga pesepeda lain yang datang dari Jakarta, misalnya Yudi, warga Rawamangun, Jakarta Timur. “Kita anggota komunitas sepeda 216. Ini anggota kita ada 12 orang. Rumahnya mencar ada yang di Rawamangun, Klender, dan Lebak Bulus,” katanya sebelum asyik menjelajah medan di JPG bersama teman-temannya.

“Ini enggak hanya weekend. Tetapi hari-hari biasa, juga enggak sedikit warga ke sini. Sekadar ngumpul, kadang ke kantor juga naik sepeda,” timpal Odjie.

Meski menempuh medan berat sepanjang medan, mereka toh tak merasa lelah. Di sepanjang lintasan, pesepeda bisa menjumpai warung-warung makan. “Ada yang jual lontong, bubur ayam, sama minuman. Lumayanlah buat istirahat, habis ini lanjut lagi ke trek,” jelas Purwoko, salah satu pesepeda.

Wah, menyenangkan, bukan? Berolahraga sambil makan-makan, badan sehat, perut pun kenyang. :)

Continue Reading
Advertisement
You may also like...
To Top