BANTEN OKE
Kemendagri Undang Seluruh Sultan, Sultan Syarif Hadiri Pengukuhan Majelis Agung Raja Sultan Indonesia
Dalam upaya memajukan seni budaya bangsa, Kementerian Dalam Negeri mengundang seluruh Sultan, Raja, Datuk, Panglengsir, dan pemangku adat dalam Pengukuhan Majelis Agung Raja Sultan (MARS) Indonesia yang diadakan di Gedung Sasana Bhakti Praja Kementerian Dalam Negeri Jakarta, Kamis (24/08).
Hadir dalam kegiatan ini para Raja, Sultan, Datuk, Panglengsir, dan Pemangku Adat dari 305 (tiga ratus lima) Kerajaan dan kesultanan dari 34 provinsi yang ada di Nusantara.
Dalam acara yang dihadiri langsung oleh Sekretaris Jendral Kementerian Dalam Negeri, Hadi Prabowo, RTB. HB. Wisanggeni gelar Sultan Syarif Muhammad Ash-Shafiuddin dari Kesultanan Banten dilantik sebagai Dewan Agung bersama-sama dengan para Sultan dan Raja yang lain.
Dalam pengukuhan yang berjalan dengan khidmat ini, Hadi Prabowo dalam sambutannya mewakili Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menjelaskan bahwa saat ini seni budaya di berbagai daerah di nusantara mulai terkikis, diharapkan Majelis Agung Raja Sultan Indonesia (MARSI) dapat berperan aktif sebagai mitra pemerintah dalam memajukan seni budaya daerah untuk membentuk jati diri bangsa dan dalam upaya menjaga keutuhan NKRI.
Sultan Syarif menjelaskan bahwa dengan dilantiknya Raja dan Sultan oleh Mendagri dalam Majelis Agung Raja Sultan Indonesia (MARSI) maka legalitas dan peran serta Kesultanan se-nusantara dalam membangun jati diri bangsa semakin terukur dan terencana.
“Setelah dikukuhkannya MARSI oleh Kementerian Dalam Negeri maka legal standing sudah kuat, Kesultanan Banten yang sudah diakui oleh Pemerintah Pusat harus mempunyai peran penting untuk mengangkat Banten yang berakhlakul karimah dan berbudaya. Setelah dikukuhkan maka tak ada hambatan lagi dalam perjuangan membangun kembali jati diri bangsa,” pungkas Sultan Syarif.
Karai Gajang, Gelar karaeng Doreik Sallo salah satu Diraja wilayah kerajaan Gowa dari sembilan kerajaan (bate salapang) yang sepakat mengangkat raja Gowa berharap ada kepedulian pemerintah terhadap para pewaris dan pemelihara adat istiadat.
“Para pewaris kerajaan di nusantara tidak ada keinginan untuk memerintah, namun bukan berarti setiap orang dapat menjadi raja dan Sultan, seperti yang terjadi di kerajaan Gowa, ada seorang Bupati hanya bekerja lima tahun tidak memiliki garis darah namun ingin menjadi raja dan menimbulkan huru hara, maka kami tolak,” ujar Karai Gajang.
Kerajaan Gowa memiliki hubungan yang dekat dengan Kesultanan Banten dengan tokohnya Syekh Yusuf Al Makassari Al Bantani yang berasal dari Kerajaan Gowa dan menjadi Mufti di Kesultanan Banten di masa Sultan Ageng Tirtayasa. (Har)