Connect with us

Pesantren Modern Qotrul Ghoits Tertatih Bangun Asrama Putri, Ustadz Apandi : Pasti Ada Jalan

Info Tangsel

Pesantren Modern Qotrul Ghoits Tertatih Bangun Asrama Putri, Ustadz Apandi : Pasti Ada Jalan

Pondok Pesantren Qotrul Ghoits merupakan pondok Pesantren Salafi modern. Kenapa Salafi? Kita mengambil daripada kaidah ulama Al Muhafadzoh ‘ala Al qodhim as sholih, Wal akhdzu ‘ala Al jadid Al ashlah.

Hal tersebut di ungkapkan oleh ustadz Andi Khoer Apandi S.Pd.l, pendiri sekaligus juga menjabat menjadi pembina yayasan pesantren Qotrul Ghoits, menurutnya, dengan demikian juga suatu bentuk mempertahankan budaya-budaya para waliyullah.

“Ulama Ulama terdahulu dengan konsep kitab kuning, tentang bagaimana mereka menerapkan para santri santrinya untuk memahami agama secara menyeluruh. Baik dari kajian ilmu sastra arabnya dan kajian Nahwu, Shorof, tentunya kitab-kitab yang lainnya. Yang terdiri dari tafsir, ilmu Fiqih, fan ilmu Tauhid, tasawuf, dan sebagainya,” papar Apandi.

Ia juga menyebutkan tentang modernisasi, agar para santri binaannya tak ketinggalan tentang technologi digital kemajuan jaman masih di anut sebagai hal yang tabu.

“Karena kita tidak bisa menafikkan santri disini juga di didik untuk bagaimana supaya mereka juga tidak gaptek, dan tidak memandang sesuatu yang baru ini adalah sesuatu yang tabu buat mereka. Tetapi mereka harus tahu, bahwasannya perkembangan zaman harus mereka ikuti tanpa merubah dan menghilangkan norma-norma yang baik tentunya, tak kala oleh ulama ulama terdahulu memang di canangkan,” tambah Apandi.

Dalam perjalanannya, legalitas Qotrul Ghoits sudah dilegalkan sejak tahun 2017 berbentuk yayasan yang berdomisi di jalan Akasia, RT : 02, RW : 012 Pamulang Timur, Tangerang Selatan.

“Pada saat ini santri kita sudah berjumlah 20 orang. Namun, dalam perjalanannya memang santri perempuan belum punya asrama, sehingga kita harus membangun pondok Pesantren putri di wilayah perbatasan Tangsel yakni Bojongsari, Sawangan, Depok. Untuk sementara Insya Allah untuk pengembangannya nanti pesantren putera kebelakang sana. Ada lahan seluas 500 meter yang sudah ada, dibelakangnya lagi ada sekitar 1500 meter lagi,” paparnya.

Afandy berharap, gedung impian para santri tersebut bisa segera terelisasi hingga tahun depan, agar mampu menampung lebih banyak lagi santri yang mondok. Jumat (30/10/2020).

“Mudah mudahan dengan izin Allah tanah ini akan menjadi milik pesantren, Dan bisa dikembangkan untuk perkembangan ponpes. Sehingga santri santri lebih banyak lagi untuk bisa menimba ilmu di ponpes Qotrul Ghoits ini,” harapnya.

Ia juga menambahkan, pesantren yang di kelolanya tersebut sama sekali tidak di pungut biaya alias gratis. Apandi juga bertekad, agar para santri di pesantrennya bermanfaat untuk orang banyak.

“Harapan dari kami sebagai pengasuh ponpes Qotrul Ghoits ini, mereka semuanya para santri santri, selain mereka mahir dalam kitab kuning, menguasai berbagai ilmu dalam ilmu agama. Mereka disini juga Ada program Takhossus, yakni Tahfidz Qur’an. Berharap mudah mudahan tercepat di ponpes ini adalah orang-orang yang Hafidzul Qur’an, sehingga mereka semuanya bisa bermanfaat di masyarakat,” terangnya.

Untuk sementara, pesantren tersebut hanya menerima usia setelah SD, yakni SMP. Diatas usia 10 tahun sedang usia 12 tahun, lantaran tenaga pengajarnya mengalami keterbatasan.

“Karena SDM untuk pengajarnya Kita masih minim. Dikarenakan belum ada donatur tetap sama sekali. Santri santri Kita disini memang di kasih free semuanya, tanpa ada bayaran apapun. Alhamdulillah sudah berjalan beberapa tahun. Harapan kedepannya, banyak lagi yang peduli untuk bagaimana mencetak generasi-generasi unggul di bidang agama,” bebernya.

Ia melanjutkan, menurutnya, tidak ada batasan usia maksimal, karena di pondok pesantren adalah pendidikan yang paling fair.

“Ketika seorang berumur 20 tahun belum bisa baca Al Qur’an ya harus mau belajar dengan yang berumur 5 tahun. Sama sama Iqra’ kan gitu. Tidak seperti sekolah formal, yang lihat usia. Alhamdulillah, di ponpes ini usianya sangat beragam. Tetapi, kemampuannya pun kita klasifikasikan dengan kelas-kelasnya, dan tingkatan tingkatannya. Dari mulai Ibtida, Ausat dan Uliyah,” paparnya.

Ketika di tanya biaya makan dab keseharian para santri di pesantren binaannya, ia mengatakan, bahwa masih ada hamba Allah yang memberikan sumbangan yang sifatnya tidak tetap. Dan terpaksa, ia dan managemen yayasannya terus berupaya agar pondok impiannya tersebut dapat berjalan.

“Sementara ini kita dapat sumbangan-sumbangan yang sifatnya tidak tetap dan tidak rutin. Tetapi, itulah memang yang diajarkan diterapkan oleh guru guru kami terdahulu. Ketika berbicara tentang Hadits Rasulullah, tidak akan pernah bohong. Man ta ‘allamal wa ‘alima wa ‘amila wa ‘allama allahumma ma lam ya’lam man haitsu la yahtasib. Siapa yang mau belajar, siapa yang mau mengamalkan ilmunya setelah belajar, dan mengamalkan, serta mengajarkan ilmu itu, Allah akan kasih tambahan ilmu lagi. Allah Maha Pemberi Rizki, Allah akan berikan rizki yang tanpa disangka sangka,” ujarnya.

Lebih lanjut ia meyakini, semua makhluk hidup juga sudah di berikan rizkinya masing masing buat mereka. “Mungkin harus wasilah ponpes Qotrul Ghoits ini. Kata Allah Subhanahu wa Ta’ala, “setiap manusia itu, setiap binatang melata pasti Allah yang telah menanggung rizkinya”. Wama min dabbatin fil Ardhi illa ‘alallahi rizquha (QS. Hud : 6).

Sayangnya, untuk sementara ini pesantren gratis tersebut memang belum bisa menampung banyak murid, banyak santri, tahun ini hanya di targetkan maksimal 40-50 santri.

“Dan kedepannya kita tentunya akan memilah, memilih santri santri yang masuk ke ponpes Qotrul Ghoits ini. Walaupun nanti mereka ada yang dari kalangan mampu mau mondok di kita, tentunya,” terangnya.

Di harapkannya, karena pesantren tersebut bukan pesantren yatim, dan juga bukan pesantren dhuafa. Tetapi pesantren untuk umum.

“Tetapi kita akan tetap menampung yatim dan dhuafa yang mereka tidak mampu, kita tampung disini. Mereka belajar non formal dan juga belajar formal. Mereka tidak sekolah di formal, tetapi kita siapkan juga pendidikan formal, sehingga mereka keluar bukan hanya mendapatkan ilmu agama, tetapi mendapat legalitas formal,” tandasnya. (Adt).

To Top