Opini
Menghidupkan Budaya Literasi Yang Mati Suri
Literasi menurut Merriam Webster perusahaan Amerika Serikat yang menerbitkan buku referensi, khususnya kamus (Kamus Online). Menjelaskan literasi sebagai kemampuan atau kualitas melek aksara yang didalamnya terdapat kemampuan dalam membaca, menulis, berbicara, serta memahami ide-ide dalam konteks visual.
Sedangkan Budaya adalah suatu tradisi yang diyakini bersama dalam mencapai suatu nilai-nilai budi luhur, Kemakmuran, kesejahteraan. Menurut Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan Indonesia mengatakan, budaya adalah hasil usaha dari perjuangan masyarakat pada alam serta zaman yang memberikan bukti kemakmuran dan kejayaan hidup.
Usaha yang dimaksud adalah perjuangan dalam menghadapi serta menyikapi berbagai kesulitan dalam mencapai kemakmuran dan kebahagiaan hidup. Jadi, jika di simpulkan Budaya Literasi suatu tindakan untuk melakukan kebiasaan yang diikuti oleh proses membaca dan menulis yang mana hasilnya akan menciptakan sebuah karya.
Problemnya saat ini Bangsa Indonesia dalam menghadapi perkembangan zaman khususnya kaum milenial budaya literasi sangat kurang, bahkan belum menjadi suatu bagian dari nafas hidup. Bagaimana tidak, budaya konsumerisme dan latah plagiasi terus menerus mengrogoti generasi-generasi pendatang (generasi milenial).
Realitanya anak-anak muda saat ini lebih inten hidup di dunia maya, mengesampingkan kehidupan sosial. Budaya membaca buku hampir sama sekali jarang didapati di lingkungan sosial, bahkan yang ada saat ini, lebih dominan bermain gawai (Gadget), aktif di sosmed. Lebih banyak menyukai konten-konten hiburan tanpa ada prestasi atau sebuah karya yang membanggakan.
Kemudian, generasi milenial saat ini, dibiasakan oleh lingkungan yang tanpa berpikir melakukan inovasi (terobosan). Yang ada generasi saat ini dibiarkan menikmati barang-barang siap saji atau siap pakai. Lalu, kapan bisa melihat generasi yang bisa membuat sesuatu yang bisa dinikmati oleh bangsa sendiri ?. Jika budaya konsumerisme ini masih hidup di lingkungan generasi saat ini.
Lebih yang memprihatinkan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Kondisi hari ini, anak-anak pendidikan baik SD sampai SMA terbiasa dengan bocoran-bocoran soal saat ujian, sehingga menjadi tradisi latah plagiasi. Yang mana kemudian belajar dalam makna memahami serta menguasi teori-teori yang diajarkan di sekolah tidak menjadi prioritas utama, yang menjadi prioritas utama bagaimana sisiswa bisa lulus saja.
Tantangan inilah (konsumerisme dan Latah Plagiasi) yang harus menjadi kesadaran bersama dalam membangun serta membentuk karakter generasi selanjutnya. Jika tidak sadar, bangsa Indonesia generasinya akan menjadi kerbau-kerbau yang di gembala oleh pihak asing.
Bangkitkan Gairah Membaca dan Menulis
Budaya Literasi akan terwujud jika masyarakat sudah terbiasa dengan membaca dan menulis. Membaca proses dimana Logos yang di luar idea masuk kedalam pikiran melalui indra penglihatan sehingga menghasilkan pengetahuan.
Dan pengetahuan itu sendiri terbagi menjadi yang empiris dan rasionalis, yang empiris didapatkan dari membaca pengalaman, sedangkan rasionalis didapatkan dari hasil berpikir dari membaca suatu buku atau tulisan pengetahuan.
Untuk menjadi seorang yang bodoh, tentu sangat mudah. Jangan membaca, maka dipastikan memiliki output yang mudah dipengaruhi orang lain.
Melatih membaca mulai dari hal-hal yang disenangi. Hal tersebut bisa dengan membaca cerpen, lalu novel, kemudian mulai dengan buku-buku pengetahuan. Demikian untuk merangsang agar kita mau membaca.
Dengan sering membaca tentunya, akan timbul rasa ingin menulis, dan saat demikian menulislah. Tanpa ada rasa ketakutan, karena jika diri sendiri saja sudah takut untuk memulai menulis, sampai akhir hayat pun tidak akan bisa menulis. Jadi, tulis saja apa yang ada dalam benak pikiran dan jangan ditunda.
Dari tulisan ini pun, penulis berusaha untuk melatih diri agar bisa terbiasa. Dari apa yang kita baca setelah itu kita tulis pengetahuan tersebut. Outputnya akan mengahasilkan sebuah karya. Walaupun bukan sebuah karya yang menakjubkan, minimalnya orang yang membaca tulisan kita bisa ikut terinspirasi.
Mari kita hidupkan budaya literasi yang mati suri, agar kita tidak mudah di bodohi oleh orang asing dan menjadi gembala-gembala mereka. Kita buktikan bahwa bang Indonesia lebih baik dari bangs lainnya. Salam budaya literasi.
Diny Mardhatillah (penggiat pojok inspirasi)