Connect with us

Paket Dedi-Hery Pecahkan Kebuntuan Pilgub Jabar

INDONESIA OKE

Paket Dedi-Hery Pecahkan Kebuntuan Pilgub Jabar

Dukungan terhadap Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi sebagai calon gubernur (cagub) Jawa Barat (Jabar) berpasangan dengan Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hery Haryanto Azumi kembali disuarakan oleh kalangan muda Nahdlatul Ulama. Pasangan Dedi-Hery dianggap mampu memecahkan kebuntuan eskalasi politik Pilgub Jabar 2018 mendatang.

“Pasangan Dedi-Hery bisa memecah kebuntuan eskalasi politik pilgub di Jabar,” ujar R. Dikri, penggerak Komunitas Anak Muda NU, Minggu (19/11/2017).

Dikri-yang juga kerap aktif dalam majelis taklim dai-dai muda millenial ini beranggapan Dedi merupakan pemimpin ideal bagi Jabar, lantaran tindakannya selalu berpijak pada nilai filosofis kesundaan dalam memimpin rakyat. Kendati jarang menjadi viral di sosial media, akan tetapi Dedi rajin blusukan ke masyarakat. Ia menambahkan, elektabilitas Dedi sebagai seorang nasionalis dan merakyat tidak perlu diragukan lagi. Kepemimpinan Dedi dua periode sebagai Bupati Purwakarta menjadi medan uji.

“Kang Dedi merupakan salah satu pemimpin yang menerapkan kepemimpinan berkarakter dan berbudaya. Kalau dalam istilah kami political identity. Nasionalis dekat dengan para ulama, kyai atau ajengan. Kerja konkretnya bisa dilihat ketika dia menerapkan pendidikan berkarakter kepesantrenan di sekolah-sekolah di Purwakarta,” ujarnya. Sehingga wajar jika ia dekat dengan ulama-ulama NU Jabar seperti KH Abun Bunyamin Ruhiyat, Cipasung yang merupakan ulama khos Jabar.

Ketika dimintai pendapatnya tentang sosok Hery, Dikri secara gamblang menuturkan Hery adalah sosok mercusuar di kalangan anak muda NU yang mempunyai jaringan tingkat nasional. Secara kultur, Hery sudah dikenal kalangan ulama, kyai, ajengan NU. Kondisi tersebut menguntungkan, sebab di Jabar sangat banyak pondok pesantren yang secara kultur budaya dan keagamaan mempunyai frekuensi yang sama dengan NU.

“Hery sebagai intelektual muda NU bisa mengonsolidasi potensi dan menarik kekuatan NU di Jabar. Dengan gaya komunikasi the controlling style bisa menarik simpatik warga. Jika ditanya soal jaringan akar rumputnya masif,” katanya lagi.

Jabar merupakan satu provinsi yang etnisnya sudah beragam. Dengan komposisi etnis besar adalah Sunda dan Jawa sebesar 73% dan Jawa 16%. Persentase tersebut jika dikolaborasi untuk pasangan Dedi-Hery sangat bagus karena sudah mengambil tagline Nasionalis Religius.

Bila berkaca pada Pilgub Jakarta, kandidat dengan elektabilitas dan popularitas tinggi belum tentu mampu memenangkan pertarungan. Semua sangat tergantung dari kerja-kerja mesin politik. “Kerja-kerja mesin politik merupakan ukuran sebenarnya bagaimana kekuatan jaringan masing-masing calon,” tandas Koordinator Fosis Jabar (Forum Diskusi Jabar) Maman Darmansyah.

Menurut Kang Maman-sapaan akrab lelaki asal Tasikmalaya ini, dalam konteks keputusan Partai Golkar mendukung Ridwan Kamil dinilainya kurang tepat alias blunder. Padahal Dedi, merupakan kader potensial yang dimiliki partai berlambang Pohon Beringin tersebut dan punya kekuatan mesin politik hingga akar rumput. Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini yakin di tingkatan bawah, kader Partai Golkar beserta jaringannya cenderung memilih Dedi ketimbang Ridwan Kamil.

Dorongan agar Dedi dipasangkan dengan Hery pertama kali disuarakan Koordinator Pergerakan Nahdliyyin Indonesia (PNI) Jabar Yosep Yusdiana. Menurutnya, Dedi-Hery adalah bentuk koalisi politik kultural nasionalis-NU yang menjadi jawaban pertarungan di Pilgub Jabar. Ide kepemimpinan kultural nasionalis-NU diyakini Yosep merupakan kualitas ide yang mampu menyentuh kepentingan “rakyat alit” – wong cilik. Gagasan inilah perlu di konkret-kan dalam bentuk personifikasi kepemimpinan di Jabar yang kuat dan mengakar.

“Mengakar, kuat dan luasnya jaringan,” tegas Yosep. Kang Dedi punya basis mengakar, Hery masih memiliki jaringan kultur yang kuat di Jabar yang kapan saja tiba-tiba bisa bergerak, ia menambahkan.

Bagaimana tanggapan Hery terkait usulan menjadi cawagub Dedi? “Di dalam tubuh NU itu ada budaya meminta masukan dari para orangtua (kyai). Jika memang direstui para kyai dan aspirasi dari bawah, Insya Allah,” pungkasnya saat dihubungi melalui sambungan telepon. (mjd)

Continue Reading
Advertisement
You may also like...
To Top