Info Tangsel
Mahasiswi Asal Tangerang Ini, Mengabdi Pada Masyarakat Hingga Ke Gorontalo
Terbatasnya akses pendidikan dan tidak meratanya pembangunan ekonomi di pelosok daerah Gorontalo Indonesia, Ariani Baroroh Baried terdorong untuk membagikan ilmunya, lewat Kuliah Kerja Nyata Kebangsaan (KKNK) mewakili UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, selain dari membagikan ilmunya ia juga ingin menanamkan rasa cintanya kepada tanah air.
Kegiatan KKNK ini berlangsung sejak 22 Juli hingga 23 Agustus 2017, Sebanyak 437 mahasiswa dan mahasiswi terbaik dengan latar belakang keilmuan, suku bangsa dan budaya yang berbeda, berasal dari 53 perguruan tinggi dari berbagai Provinsi di Indonesia serta 2 perguruan tinggi dari luar negeri (Malaysia dan Jepang) berbaur menjadi satu di kampus Universitas Negeri Gorontalo (UNG).
“Banyak wilayah di Indonesia yang tidak mendapatkan perhatian pemerintah pusat. Yang akhirnya akses ke sana sulit, pendidikan sulit dan memprihatinkan,” kata Ariani, Mahasiswi Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat dihubungi lewat aplikasi Whatsapp, Selasa (23/08/17).
Mahasiswi Jurusan Perbandingan Agama tersebut menambahkan melalui KKN Kebangsaan, para mahasiswa dapat mempraktekkan Tri Dharma Perguruan Tinggi seperti pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Selain itu, mereka juga dapat memperoleh pengalaman, jaringan yang luas serta membangun rasa cinta tanah air.
“KKN Kebangsaan ini akan sangat bermanfaat di masa depan dengan terbangunnya jejaring kemitraan antar mahasiswa se-Indonesia sehingga kelak dapat menjadi pemimpin yang baik, profesional di bidangnya, dan terus merajut rasa kebangsaan, cinta tanah air,” tambah Barid mahasiswi asal Tangerang ini.
Dalam kegiatan ini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengirim dan mengikutsertakan 5 orang mahasiswa dan mahasiswi dalam program KKNK tersebut. Mereka terpilih berdasarkan seleksi terbuka di UIN yang dimulai pada Mei 2017 yang lalu. Dari sekian banyak calon peserta KKN UIN Jakarta, Ariani terpilih sebagai delegasi UIN Jakarta yang menuju Gorontalo.
“Tentu saja ada kriteria yang ditetapkan seperti kemampuan berbicara dan menulis yang baik. Namun, kriteria utama adalah bagaimana mahasiswa dapat hidup sederhana dan berbaur dengan masyarakat yang budayanya sangat jauh berbeda dari pulau jawa,” ujar Ariani yang juga aktivis HMI Ciputat ini.
Demikian, Ariani melanjutkan, setiap mahasiswa harus bisa hidup sesederhana mungkin agar bisa menyatu dengan alam, masyarakat, dan juga mengerti pentingnya pengabdian ini, sebab hidup yang serba praktis hanya akan menghasilkan generasi yang lemah.
“Tanpa adanya KKN, mahasiswa memang harusnya sederhana, sehingga ilmu lebih mudah diterapkan dan diterima oleh masyarakat,” ujar Ariani saat acara penutupan KKNK di Gorontalo. (Ded)