Tekno
Laba Samsung Electronics Turun
18.143.23.153 – Samsung Electronic mengalami penurunan laba hingga 25 persen pada kuartal kedua. Hal itu disebabkan karena lesunya pasar smartphone dan menguatnya mata uang Korea, won.
Menurut laporan yang ditukil dari BBC, Rabu (9/7/2014) selama periode April-Juni lalu, Samsung mencetak laba operasi sebanyak 7,2 triliun won atau Rp83,1 triliun. Jumlah tersebut merosot jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sebesar 9,5 triliun won atau Rp109,7 triliun.
Perusahaan asal Korea Selatan itu menyatakan telah mengalami dampak kelesuan pasar telepon seluler pintar dan peningkatan kompetisi pada pasar ponsel di Cina dan Eropa. Pada saat bersamaan, penguatan kurs mata uang Korsel juga mempengaruhi pendapatan Samsung. Sebab ketika mata uang asing yang diperoleh dari ekspor ditukar ke mata uang Korsel, nilainya menjadi turun.
Mata uang won menguat lebih dari 11 persen terhadap dollar Amerika Serikat dan nyaris tujuh persen terhadap euro antara Juli 2013 dan akhir Juni 2014.
Pertumbuhan pendapatan Samsung beberapa tahun terakhir praktis dimotori oleh divisi ponsel. Kesuksesan produk-produk ponsel seri Galaxy, ditambah dengan peningkatan permintaan ponsel pintar di pasar global, membuat Samsung menggeser Nokia sebagai penyandang status pembuat ponsel terbesar di dunia pada 2012.
Akan tetapi, laju pertumbuhan pasar ponsel pintar telah menurun. Kompetisi di sektor tersebut pun meningkat. Akibatnya, pembuat ponsel harus memangkas ongkos produksi guna menarik konsumen.
“Era keemasan ponsel pintar high-end jelas sudah berakhir. Padahal, peranti semacam itu yang membuat perusahaan seperti Samsung dapat mencetak laba besar,†kata Ajay Sunder, Wakil Direktur Lembaga Konsultan Frost & Sullivan yang fokus pada sektor telekomunikasi.
Kepada BBC, Sunder mengatakan pasar ponsel kini diwarnai persaingan ketat pada peranti low-end. “Pada ranah itu, kompetisinya semakin ketat setiap hari.†Perusahaan-perusahaan Cina, seperti Xiaomi, Huawei, dan ZTE, menurut Sunder, kini mampu memberikan perlawanan sengit.
Dengan dilatarbelakangi faktor-faktor tersebut, Sunder menyarankan Samsung menguatkan eksistensi di bidang-bidang lain jika ingin mempertahankan pertumbuhan laba tinggi. “Ketergantungan pada divisi telepon seluler harus diakhiri,†jelasnya.(SY/BBC)