Kejuaraan Muhamadiyah CUP bola basket antar pelajar tingkat sekolah menengah pertama (SMP) yang di selenggarakan di lapangan SMA Muhamadiyah 25 Pamulang jalan Suryakencana No.29, RT : 5, RW : 5, Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten membuat salah seorang peserta mengalami cedera berat pada bagian kaki.
Cedera patah kaki serius di alami oleh salah satu peserta sontak membuat orangtua mempertanyakan kelayakan standar penyelenggaraan turnamen Muhamadiyah Cup tersebut.
Peristiwa yang di alami oleh Arkansyah Yafi Prabowo salah satu peserta delegasi siswa SMP Negri 4 terjadi pada hari minggu siang, 2 Februari 2025 saat peserta tersebut ingin memasukan bola dengan melompat mengarahkan bola ke dalam ring kemudian sempat membentur tiang penyangga ring dan terjatuh.
Saat di konfirmasi wartawan, Budi (45), mantan atlet basket warga Pamulang Barat yang kebetulan merupakan orangtua peserta yang cedera mengaku kecewa dan tidak dapat menutupi kesedihannya. Kendati demikian, kejadian terebut menjadi pelajaran berat bagi dirinya, sekaligus mimpi buruk untuk buah hatinya.
Pemain yang mengalami kecelakaan tersebut adalah seorang kapten tim yang dijadwalkan bertanding di ajang Kejuraan Kota (Jurkot) bersama Kelly Basketball Academy pada 15 Februari mendatang. Namun, akibat cedera patah kaki, ia harus absen dari kompetisi selama enam bulan, yang berpotensi menghambat perkembangan kariernya.
“Intinya ini jadi perhatian buat Dispora Tangsel, Koni, ataupun Perbasi Tangsel. Kalau untuk penyelenggaraan kompetisi basket khususnya, itu lapangan basketnya harus proper. Kalau enggak, akan terjadi kayak anak gue, kakinya sampe patah. Yang kasihan dia itu kan kapten, harusnya dia tanggal 15 besok Jurkot dengan Kelly Basketball Academy, akhirnya gak bisa.” terangnya kepada wartawan saat di hubungi melalui sambungan WhatsAppnya (4/2/2025)
Di katakannya, cedera yang di alami oleh anaknya ini tidak hanya berdampak pada kondisi fisik pemain tetapi juga menghambat prestasi yang seharusnya bisa diraih.
“Insiden ini memicu menjadi perdebatan mengenai standarisasi lapangan basket di tingkat sekolah dan turnamen amatir. Bahkan sejumlah pihak sudah menilai bahwa fasilitas yang tidak memenuhi standar dapat meningkatkan risiko cedera bagi atlet,” tegasnya
.
Lebih lanjut, Budi juga menyinggung biaya pengobatan yang bisa mencapai Rp.20 jutaan jika tidak menggunakan BPJS.
“Ya, dia tadi mau 50-50, tapi untung anakku punya BPJS ketenagakerjaan. Cuma yaudahlah, gue juga untung-untungan. Kalau gak pake BPJS bisa 20 kena jutaan itu,” ungkapnya.
Sebagai informasi, hingga saat ini, Kansyah masih terbaring dalam penanganan pihak medis di rumah sakit Sari Asih Ciputat untuk mendapatkan penyembuhan dan akan menjalankan pemulihan dalam waktu yang cukup panjang.
Saat di konfirmasi kepada pihak penyelenggara melalui sambungan WhatsApp, meski telah melakukan komunikasi, yang bersangkutan tetap tidak ingin melakukan konfirmasi melalui telpon.(Adt)