Info Tangsel
Kasus Penahanan Ijazah Siswa Kurang Mampu, Dinsos Tangsel Lakukan Kunjungan
CIPUTAT, Dinas Sosial (Dinsos) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) turun langsung mengunjungi tempat tinggal pasangan suami istri, Enci (65) dan Saniah (52), orang tua siswa SMK Al-Hidayah Ciputat yang ijazahnya ditahan oleh pihak sekolah.
Kunjungan dilakukan setelah kisah keluarga tersebut menjadi sorotan publik. Pantauan wartawan dilokasi, sekitar 7 orang dari dinas terkait tengah interview keluarga Enci dan Saniah diluar rumah, Senin (25/8/2025).
Enci dan Saniah diketahui hidup serba kekurangan. Sehari-hari, Enci bekerja sebagai pemulung, sementara istrinya berjualan kopi di bawah kolong pintu tol Pamulang. Dan rumah tempatnya bermukim hanya berlantaikan tanah.
Karena keterbatasan ekonomi, keluarga ini hanya mampu menempati tanah negara dengan membangun gubuk kecil sebagai tempat berteduh bersama 2 orang anak mereka yang telah dewasa.
Diketahui, pasangan tersebut memiliki anak 5 orang, dan dari kelima anaknya tersebut hanya tersisa 3 orang karena meninggal dunia. Kini, anak tertuanya bernama Indri (Nama Samaran) mengalami keterbatasan dirongga mulutnya dan tak memiliki amandel, sehingga apa yang diucapkan terdengar tidak jelas.
Indri dan Zulfikar terpaksa harus menetap di gubuk tersebut lantaran dalam keadaan tidak berdaya. Meski lulusan SMK, ia tak bisa mewujudkan impiannya untuk bekerja di sebuah perusahaan seperti yang diharapkan. Kini, ia hanya bisa pasrah membantu kedua orangtuanya dan menopang kakaknya tersebut dengan bekerja sebagai pekerja bangunan.
Meski memiliki KTP beralamat di Kampung Cipayung RT 002/005, Kelurahan Cipayung, Kecamatan Ciputat, mereka memilih bertahan di gubuk tersebut karena keterbatasan biaya.
Dalam kunjungannya, petugas Dinsos dan unsur pemerintah daerah dalam hal ini pihak kelurahan Cipayung turut menyampaikan rasa prihatin atas kondisi keluarga Enci dan Saniah. Mereka berjanji akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mencari solusi terbaik, khususnya terkait persoalan penahanan ijazah anak pasangan tersebut.
Namun sayangnya, rombongan Dinsos enggan memberikan keterangan resmi mengenai kunjungan tersebut. Persoalan penerima Program Keluarga Harapan (PKH) yang dialami keluarga ini pun disebut belum selesai.
Saniah berharap agar ijazah anaknya bisa segera diambil, sehingga sang anak dapat mencari pekerjaan dan memperbaiki nasib keluarga.
“Saya ingin anak saya bisa kerja, tapi ijazahnya masih ditahan karena tunggakan. Mudah-mudahan ada jalan keluar,” ujarnya lirih.
Kasus ini menambah panjang daftar persoalan penahanan ijazah siswa dari keluarga kurang mampu. Padahal, ijazah merupakan dokumen penting yang menentukan masa depan anak-anak bangsa agar dapat meraih kesempatan yang lebih baik.(Adt/don)
