Connect with us

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Memerlukan Solusi yang Komprehensif

Ilustrasi Credit: Tangseloke.com

Opini

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Memerlukan Solusi yang Komprehensif

Oleh : Ajib Hamdani, Analis Kebijakan Ekonomi Apindo

Memasuki Januari 2025, perekonomian nasional dihadapkan dengan tantangan berat akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pergerakan nilai tukar yang hampir menyentuh Rp16.400 per dolar AS jauh dari target Kerangka Ekonomi Makro 2025, yaitu Rp16.000 per dolar AS. Kondisi ini menjadi sinyal bahwa pemerintah perlu segera mengambil langkah-langkah strategis untuk menstabilkan nilai tukar.

Pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal, kebijakan ekonomi Amerika Serikat di bawah pemerintahan baru, yang dipimpin oleh Donald Trump, memberikan dampak signifikan. Fokus pemerintah AS pada penguatan ekonomi domestik, seperti pengurangan pajak perusahaan, peningkatan investasi domestik, dan potensi kenaikan tarif impor, mengancam keseimbangan neraca dagang Indonesia-Amerika. Meskipun Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar US$11 miliar pada 2024, perubahan kebijakan ini dapat memperburuk posisi perdagangan di masa depan.

Faktor internal pun tak kalah signifikan. Kebijakan hilirisasi yang menjadi bagian dari transformasi ekonomi jangka panjang, meski menjanjikan manfaat di masa depan, justru menekan ekspor bahan mentah dalam jangka pendek. Selain itu, beban utang yang jatuh tempo pada 2025, mencapai lebih dari Rp800 triliun, menjadi tekanan besar terhadap kebijakan fiskal, memaksa pemerintah untuk kembali mencatat defisit anggaran.

Dampak pelemahan rupiah ini tidak hanya dirasakan pada sektor privat tetapi juga pada keuangan negara. Biaya impor bahan baku dan barang jadi akan meningkat, memicu kenaikan harga yang berpotensi memperburuk inflasi dan daya beli masyarakat. Di sisi lain, kewajiban utang dalam mata uang asing akan menjadi lebih mahal, memberikan tekanan tambahan pada fiskal negara.

Dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan bauran kebijakan yang komprehensif antara fiskal, moneter, dan kebijakan ekonomi lainnya. Dari sisi fiskal, pemerintah harus fokus pada efisiensi belanja dengan mengutamakan program-program yang memiliki daya ungkit ekonomi tinggi. Filosofi “spending better” perlu diterapkan agar belanja pemerintah benar-benar berkualitas dan berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi moneter, Bank Indonesia (BI) berada dalam situasi yang dilematis. Secara teori, peningkatan suku bunga acuan dapat mendorong arus modal masuk dan memperkuat rupiah. Namun, BI justru memilih menurunkan suku bunga acuan untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendorong konsumsi domestik. Kebijakan ini menunjukkan bahwa fokus utama BI adalah menggerakkan roda ekonomi dalam negeri, meskipun ada risiko pelemahan nilai tukar.

Sementara itu, pemerintah perlu memperkuat kerja sama ekonomi internasional, terutama melalui transaksi bilateral menggunakan mata uang lokal. Selain itu, peluang kerja sama dengan negara-negara BRICS harus dimanfaatkan secara optimal untuk membuka akses pasar dan menarik investasi asing. Target ambisius pemerintah untuk mendatangkan investasi senilai Rp13.000 triliun dalam lima tahun mendatang memerlukan sinergi kebijakan yang kuat dan dukungan dari mitra internasional.

Langkah lain yang menuai perhatian adalah penempatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dengan masa retensi satu tahun yang mulai berlaku pada Maret 2025. Kebijakan ini membutuhkan insentif yang tepat agar tidak kontraproduktif terhadap iklim investasi. Pemerintah harus mendengar masukan dari berbagai pemangku kepentingan agar kebijakan ini dapat berjalan efektif tanpa merugikan pelaku usaha.

Pada akhirnya, keberhasilan mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah sangat bergantung pada kemampuan pemerintah menyusun dan menerapkan kebijakan yang adaptif, terukur, dan berorientasi pada penguatan ekonomi nasional. Jika langkah-langkah strategis ini dapat diimplementasikan dengan baik, bukan tidak mungkin nilai tukar rupiah akan kembali menguat pada paruh kedua tahun 2025.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top