Connect with us

Hikmah Bekerja dari Rumah di Balik Musibah Covid-19

Opini

Hikmah Bekerja dari Rumah di Balik Musibah Covid-19

Penulis: Ani Kusumaningsih, S.T., M.M. (Dosen Universitas Pamulang)

Menurut BBC Indonesia (2020), kasus positif virus corona (covid19) di Indonesia kian meningkat, hingga menembus angka 21.000 orang. Pada hari Kamis (21/05/2000) terjadi peningkatan tertinggi, yaitu sebanyak 973 kasus baru Covid19.

Mengacu pada data tersebut di atas, jika kita berpikir negatif maka seolah-olah kita sedang ditimpa musibah yang tiada berkesudahan. Namun jika kita berpikir positif, sesungguhnya banyak hal-hal baik yang tanpa kita sadari terjadi pada saat musibah pandemi Covid19 ini, terutama saat kita menjalankan WfH (Work from Home/bekerja dari rumah).

Coba kita tengok beberapa hal signifikan yang berubah pada masa pandemi ini, tetapi justru menjadi hikmah yang bisa kita petik. Sebagai contoh misalnya:

  1. Kedekatan dengan keluarga. Pada masa pandemi ini hampir seluruh anggota keluarga bekerja atau sekolah/kuliah dari rumah. Semua aktifitas dilakukan secara online, tanpa tatap muka. Sehingga anak yang
    tadinya jarang bertemu dengan orang tua karena orang tua bekerja dari pagi hingga malam, maka sekarang bisa bertemu 24 jam. Bahkan anak yang tadinya kuliah di luar kota atau luar negeri pun bisa menjalankan aktifitas kuliah dari rumah. Demikian juga seorang ibu yang biasanya sibuk di kantor memiliki waktu untuk memasak bagi keluarga yang dicintainya. Dengan frekuensi pertemuan yang lebih sering dan dalam kurun waktu yang cukup lama maka keharmonisan keluarga akan lebih baik.
  2. Mengurangi pengeluaran (otomatis menambah pemasukan). Selama bekerja dari rumah kita tidak
    berkendara sehingga uang transport akan berkurang. Misal uang tol 30k dan uang bensin 50k (per hari pp/pulang pergi), maka selama sebulan (22 hari kerja) bisa menghemat 1.760k. Selain itu selama di rumah kita tidak makan siang di warung atau kantin sehingga lebih hemat juga. Jika dalam sehari menghemat 20k maka dalam sebulan bisa mengurangi pengeluaran 440k. Apalagi jika lokasi kantor di tengah perkotaan maka dalam sehari bisa menghabiskan uang makan 50k,
  3. Kesempatan bersedekah. Pada masa sulit ini kita diberi kesempatan untuk bersedekah. Sedekah tidak harus berupa uang yang banyak atau materi mahal lainnya. Sedekah bisa kita lakukan sesuai kemampuan kita. Misalnya: memberikan beras beberapa kilo kepada tetangga yang membutuhkan (harga beras ada yang 8k per kilo dan cukup enak), memberikan nasi bungkus kepada pengemudi ojol (jika memasak sendiri budget per bungkus hanya 5k-7k). Contoh menunya adalah nasi dengan telor balado, gorengan (tempe/tahu) dan sayur
    (oseng-oseng taoge, tahu, wortel). Rincian biayanya kurang lebih: beras 16k, telor 20k, gorengan 20k, taoge
    10k, tahu 5k, wortel 5k, cabai 5k, bawang 5k, tomat 5k (total 91k untuk 20 bungkus). Dengan bersedekah banyak manfaat yang kita peroleh. In syaa Allah berbagai kebaikan akan datang bagai air yang mengalir.
  4. Melakukan banyak hal positif di rumah. Banyak hal positif yang bisa dilakukan di rumah, seperti: berkebun, memelihara ikan, menyalurkan hobi yang produktif (misalnya: menjahit, memasak, melukis) dan sebagainya.
    Berkebun tidak perlu yang rumit-rumit atau yang ribet. Yang paling mudah adalah menanam sayur atau buah yang tidak membutuhkan pemeliharaan khusus dan berumur pendek. Misal: sayur pakcoy, caisim, sawi, kangkung, tomat, cabai, terong, pare, dan sebagainya. Sayur ini bisa ditanam di pot atau polybag sehingga menghemat tempat. Demikian juga memelihara ikan bisa dilakukan di ember atau terpal dan tidak perlu membuat kolam khusus. Hasilnya bisa dikonsumsi sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan untuk penyaluran hobi seperti menjahit bisa juga dimanfaatkan untuk menjahit masker (bisa dihias dengan renda/sulaman) dan bisa dijual karena produknya memiliki diversity.
  5. Memberikan resonansi positif. Dengan melakukan berbagai hal positif maka akan memberikan hasil yang
    positif juga. Sebagaimana dijelaskan dalam buku The Secret (Rondha Byrne, 2006) bahwa: “alam semesta diatur oleh hukum alam yang disebut hukum tarik-menarik yang dikatakan bekerja dengan menarik ke dalam hidup seseorang sebagai pengalaman, situasi, peristiwa, dan orang-orang dari pikiran dan perasaan seseorang. Oleh karena itu, berpikir dan merasa positif diklaim dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik seperti kekayaan meningkat, kesehatan, dan kebahagiaan”. Dari resonansi positif yang memberikan hasil positif tersebut maka akan menularkan hal-hal baik pula kepada lingkungan sekitar kita dan akhirnya kepada semesta. Contoh paling mudah adalah dengan kita bekerja dirumah, tidak bepergian ke mana-mana maka polusi dapat dikurangi. Jika semua orang melakukan hal yang sama, maka lingkungan kita akan semakin bersih dan sehat. Apalagi jika selama bekerja dari rumah kita isi hari-hari kita dengan kegiatan positif maka hati kita akan senang. Jika hati kita senang maka kekebalan tubuh kitapun akan meningkat. Sehingga kita tidak pernah terpikir untuk terjangkit penyakit, termasuk Covid19.

Dari berbagai uraian di atas, maka lebih baik kita berperilaku positif, sehingga apa yang kita dapat pun positif. Daripada terus-menerus berkeluh kesah tanpa ada hasilnya, bahkan energi kita
habis untuk mengeluh. Sedangkan Allah pun tidak akan membebani umatnya melebihi kesanggupan mereka, sebagaimana tertera dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 287:

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan batas kemampuannya. Baginya ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk apa yang diusahakannya. Dan mereka berkata, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau kami berbuat salah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung jawab seperti Engkau telah bebankan atas orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami janganlah Engkau membebani kami apa yang kami tidak kuat menanggungnya; dan ma’afkanlah kami dan ampunilah kami serta kasihanilah kami kerana Engkaulah Pelindung kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.” (QS Al Baqarah : 287).

Jadi, apalagi yang akan dikeluhkan? Maka nikmat Tuhan-mu yang mana lagi yang kamu dustakan? Sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an Surat Ar-Rahman ayat 13:

Artinya: “Maka Nikmat Tuhan-mu yang manakah yang ”Kamu Dustakan’?” (QS Ar-Rahman : 13). Sedangkan sejatinya nikmat Allah itu tak terhingga, sehingga kita pun tak akan pernah sanggup menghitungnya, sebagaimana
terdapat dalam Al Qur’an Surat An-Nahl ayat 18:

Artinya: “Dan jika kamu menghitung Nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya. (QS An-Nahl: 18).

Maka sudah selayaknya lah kita senantiasa bersyukur. Karena dengan bersyukur itu lah maka akan ditambah nikmat kita, sebagaimana terdapat dalam Al Qur’an Surat Ibrahim ayat 7-8:

Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 7-8).

Semoga dengan WfH atau bekerja dari rumah pun hasilnya tetap optimal, bahkan bisa menjadikan cost saving, baik bagi perusahaan maupun bagi kita sebagai individu. Karena berbagai penghematan dapat dilakukan, termasuk biaya gedung (bagi perusahaan) yang merupakan komponen biaya paling tinggi. Dan semoga kita termasuk golongan orang-orang yang bersyukur. {***}

To Top