Opini
Beragama di Negeri Plural
“Tidak Penting apa pun Agama atau Sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik buat semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu”. (Abdurahman Wahid)
Kiranya ungkapan bijak di atas yang di ucapkan oleh Abdurahman Wahid yang akrab di sapa Gusdur ini perlu kita renungkan dan hayati kembali.
Seruan untuk berbuat baik pada setiap orang tanpa melihat suku atau pun agamanya sejatinya harus di lakukan oleh setiap manusia di muka bumi.
Selain itu seruan untuk berbuat baik pada setiap manusia juga tertera pada semua ajaran agama, baik dalam ajaran agama semitis (Yahudi, Kristen, dan Islam) maupun ajaran agama non semitis (Hindu, Buddha, Khonghucu dan Agama Suku).
Setiap agama dalam hal ini tidak pernah menyerukan kepada penganutnya untuk membuat kegaduhan, kekacauan, ketidak adilan bahkan juga penindasan pada penganut agama lain, agama apa pun itu.
Akan tetapi kehadiran agama di muka bumi ini sejatinya untuk mengarahkan umat manusia agar berbuat baik dan taat kepada aturan-aturan dasar dalam agama yang di peluknya.
Dewasa ini umat beragama di Indonesia mengalami krisis, hal ini dapat di lihat dari banyaknya kasus-kasus yang berkaitan dengan agama.
Seperti pembakaran rumah Ibadah yang terjadi di Papua (Tolikara) dan Aceh (Singkil), kekerasan atas nama agama, Intoleransi antar umat beragama, dan lain sebagainya, yang memang kasus tersebut di dasarkan pada persoalan agama.
Melihat kenyataan di atas timbul satu pertanyaan siapa yang harus disalahkan dalam hal ini ? Ajaran agamanya atau orang yang menganut ajaran agamanya ?
Sebagimana yang telah dipaparkan di atas, setiap ajaran agama sejatinya tidak ada yang menyerukan kepada umatnya untuk berbuat tidak baik kepada agama lain.
Tentunya kesalahan ini terletak bukan pada ajaran agamanya melainkan pada pemeluk agamanya, yang kurang memahami nilai-nilai filosofis dalam ajaran agamanya sendiri.
karena di akui atau tidak dalam setiap agama pada dasarnya tidak ada yang menyerukan penganutnya untuk berbuat jahat, tidak adil, dan menindas pada penganut agama lainnya.
Perlu Wawasan Yang Mapan
Sempitnya pemahaman umat beragama terhadapa toleransi dan pluralisme agama menyebabkan banyaknya konflik antar umat beragama di Indonesia dewasa ini.
akibat dari hal itu bangsa Indonesia tidak dapat menerima perbedaan dan keberagaman, padahal bangsa Indonesia sejatinya hidup dalam lingkungan yang beragam baik berbahasa, suku, ras, bahasa maupun agama.
Hal ini kiranya menjadi tugas penting bagi negara dan pemerintahan Jokowi-JK, untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang sudah di sebutkan di atas, sebagai negara yang Multikultural.
Bangsa Indonesia seharusnya bisa memberikan satu contoh kerukunan umat beragama yang baik bagi negara-negara lain.
Saat ini umat beragama baik umat Islam maupun umat Kristen sedang merayakan hari besar, dalam agama kristen umat kristiani sedang merayakan hari natal dan umat Islam saat ini sedang merayakan Maulid Nabi.
Maka seharusnya semangat natal dan semangat maulid nabi ini harus menjadi semangat perdamaian antar umat beragama di Indonesia, jangan sampai semangat tersebut di kotori dengan hal-hal yang Intoleran dan brutal.
Sebagai umat beragama yang baik kita semua harus mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai keagamaan kita baik Umat Islam, Kristen, Protestan, Hindu, Buddha, maupun Khonghucu.
Semangat saling menghargai, menghormati dan semangat berbuat baik kepada sesama tanpa melihat latar belakang bahas, suku, ras, dan agama.
Kiranya harus tertanam dan di wujudkan oleh umat beragama di Indonesia. Demi terwujudnya masyarakat adil, damai, makmur dan beradab. Wallahu ‘alam.
Penulis: Deni Iskandar, Sekertaris Bidang PTKP HMI KOMFUF Cabang Ciputat
(ilustrasi foto: https://en.wikipedia.org/wiki/Religion_in_Indonesia)