Connect with us

Air Sumur Tercemar, Warga Serpong TPA Cipeucang Terpaksa Beli Air Galon untuk Kebutuhan Sehari-hari

Info Tangsel

Air Sumur Tercemar, Warga Serpong TPA Cipeucang Terpaksa Beli Air Galon untuk Kebutuhan Sehari-hari

Tangerang Selatan, 30 Oktober 2025 -Pacsa pengalihan proyek PSEL sebagai langkah penyesuaian terhadap Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2025 tentang percepatan pembangunan PSEL ke wilayah Tangerang Raya, kini permasalahan sampah terpaksa akan tetap ditampung di Cipeucang hingga tahun 2026 mendatang.

Dari permasalahan ditetapkannya status tersangka pada jajarannya di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang dimulai dari kepala seksi, kepala bidang hingga kepala dinas oleh kejaksaan Tinggi Banten, langkah pemkot akan tetap melakukan pembebasan dan penambahan lahan di TPA Cipeucang agar volume sampah dapat tertampung selama masa transisi.

Masa penantian, warga Kelurahan Serpong, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, mengaku hidup dalam kondisi sulit akibat tercemarnya air sumur di lingkungan mereka.

Sumber air yang dulunya menjadi andalan warga kini tak lagi bisa digunakan setelah diduga tercemar oleh limbah air lindi dari tumpukan sampah yang menggunung di sekitar kawasan permukiman.

Warga mengaku telah berulang kali menyampaikan keluhan kepada pihak terkait, namun hingga kini belum juga ada langkah nyata atau tanggapan resmi dari Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

Agus, salah seorang warga RT 06 RW 04 Kelurahan Serpong, menuturkan bahwa ia dan keluarganya kini sepenuhnya bergantung pada air galon untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari memasak hingga mandi.

“Setiap hari saya harus beli air 5 sampai 6 galon. Dulu air sumur masih bisa dipakai, bahkan untuk minum. Tapi sekarang sudah tidak mungkin lagi, karena baunya saja sudah tidak sedap. Sampah di belakang rumah kami makin menumpuk,” ujar Agus kepada wartawan, Kamis siang (30/10/2025).

Menurutnya, kondisi serupa juga dialami sedikitnya 15 kepala keluarga di lingkungannya. Air sumur mereka berubah warna dan mengeluarkan bau tidak sedap setelah tumpukan sampah di sekitar kawasan itu semakin tinggi dan tidak kunjung diangkut.

Warga khawatir kondisi tersebut dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak dan lansia yang lebih rentan terhadap penyakit kulit maupun gangguan pernapasan akibat pencemaran lingkungan.

“Kami sudah mencoba menutup sumur dan membuat penampungan air hujan, tapi tetap tidak cukup untuk kebutuhan harian. Harapan kami, pemerintah turun langsung melihat kondisi ini dan mencari solusi yang benar-benar bisa menyelesaikan masalah,” tambah Agus.

Selain persoalan air bersih, warga juga menyoroti minimnya sistem pengelolaan sampah di wilayah mereka. Menurut keterangan warga, lokasi pembuangan sementara (TPS) yang berdekatan dengan area pemukiman sering kali dibiarkan menumpuk hingga berhari-hari sebelum diangkut oleh petugas kebersihan.

Situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya pencemaran lebih luas serta munculnya penyakit akibat lingkungan yang kotor. Beberapa warga bahkan menyebutkan bahwa air yang keluar dari sumur kini memiliki warna kekuningan dan terasa licin saat disentuh.

Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, pihak Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum memberikan pernyataan resmi terkait keluhan warga Serpong. Upaya konfirmasi kepada Dinas Lingkungan Hidup setempat juga belum mendapatkan jawaban.

Masyarakat berharap agar pemerintah segera meninjau langsung lokasi terdampak dan melakukan tindakan konkret, seperti menormalisasi sumber air bersih serta memperbaiki sistem pengelolaan sampah di kawasan tersebut.

“Yang kami butuhkan sekarang bukan janji, tapi tindakan nyata. Kami ingin lingkungan kami kembali bersih dan air kami bisa dipakai lagi,” pungkas Agus mewakili keresahan warga.

Warga berharap suara mereka segera didengar, sebab air bersih adalah kebutuhan dasar yang seharusnya bisa dinikmati oleh setiap warga tanpa terkecuali.(Adt/gln)

To Top
Exit mobile version