Connect with us

Tren Penanganan TBC di Tangsel Meningkat, Pemkot Optimistis Capai Eliminasi pada 2030

Info SKPD

Tren Penanganan TBC di Tangsel Meningkat, Pemkot Optimistis Capai Eliminasi pada 2030

Pemerintah Kota Tangerang Selatan terus menunjukkan komitmen kuat dalam upaya pemberantasan tuberkulosis (TBC). Dalam lima tahun terakhir, capaian pengobatan TBC mengalami peningkatan signifikan, bahkan melebihi target nasional.

Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangsel mencatat, sejak 2021 tren pengobatan TBC terus menunjukkan grafik naik. Pada 2021 cakupan pengobatan mencapai 63 persen, lalu meningkat menjadi 70 persen pada 2022. Lonjakan tajam terjadi pada 2023 dan 2024 dengan capaian masing-masing sebesar 126 persen dan 124 persen.

“Per 13 Juni 2025, capaian sementara sudah mencapai 51 persen. Kami optimistis angka ini akan terus meningkat hingga akhir tahun seiring pelaporan yang masih berlangsung,” ujar Kepala Dinkes Kota Tangsel, dr. Allin Hendalin, dalam keterangannya, Jumat (20/6/2025).

Data Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Capaian Pengobatan TBC Tahun 2021 – 2025

Dengan capaian tersebut, dr. Allin menyatakan keyakinannya bahwa Kota Tangsel dapat mencapai status eliminasi TBC sebelum 2030, sejalan dengan target nasional dan global.

“Tren yang positif ini merupakan bagian dari langkah besar kami menuju eliminasi TBC 2030. Ini menunjukkan bahwa upaya kolaboratif yang kami bangun selama ini membuahkan hasil,” ujarnya.

Sepanjang 2024 hingga pertengahan Juni 2025, total kasus TBC yang tercatat mencapai 8.720 kasus. Dari jumlah itu, 6.205 kasus tercatat pada 2024 dan 2.515 kasus pada periode Januari hingga 13 Juni 2025.

dr. Allin menekankan bahwa tingginya angka temuan kasus bukanlah hal yang perlu ditakuti, melainkan indikator bahwa sistem deteksi dini dan surveilans berjalan efektif.

“Semakin banyak kasus ditemukan, artinya surveilans kita bekerja. Tantangannya adalah memastikan semua pasien menjalani pengobatan sampai tuntas,” tegasnya.

Menurutnya, capaian tersebut merupakan hasil dari kerja keras tim kesehatan, termasuk melalui program skrining aktif seperti Ngider Sehat dan Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang menyasar komunitas serta fasilitas layanan kesehatan.

Dinkes Tangsel juga menerapkan investigasi kontak erat dan pemberian terapi pencegahan TBC bagi individu yang belum menunjukkan gejala.

Selain itu, edukasi kepada masyarakat terus digencarkan agar pasien menjalani pengobatan selama minimal enam bulan tanpa jeda, sesuai standar terapi TBC.

Meski menunjukkan progres positif, Tangsel tetap menghadapi tantangan, terutama karena statusnya sebagai wilayah urban yang mobilitas penduduknya tinggi. Banyak pasien TBC berasal dari luar kota dan berpindah tempat tinggal, sehingga menyulitkan proses pelacakan dan pengobatan lanjutan.

“Masih ada juga pasien yang menghentikan pengobatan karena merasa sembuh setelah beberapa kali minum obat. Ini menjadi tantangan tersendiri,” tambah dr. Allin.

Untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya terus mendorong edukasi berkelanjutan dan pendekatan berbasis komunitas guna mencegah pasien putus berobat.

“Keberhasilan pengobatan bukan hanya menyembuhkan satu orang, tapi juga mencegah penyebaran TBC secara luas,” pungkasnya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top
Exit mobile version