Pilkada
Debat Timses Pilkada Tangsel Sesi 1: Gedung UMKM, Bantuan Rp 100 Juta Per RW, Sampai Daun Kelor Jadi Topik
Perhelatan Pilkada Tangsel 2020 semakin menarik, pasalnya para Tim Sukses (Timses) saling menyinggung masing-masing lawan program visi pasangan calon (Paslon) Walikota dan Wakil Walikota Tangerang Selatan. Diantaranya pembangunan gedung UMKM, program 100 juta per RW hingga budidaya daun kelor.
Dalam acara debat Timses Pilkada Tangsel sesi 1 dengan tema ‘Ekonomi dan Sosial’ yang diselenggarakan oleh Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Tangsel bersama Kajian Politik nasional via daring pada Kamis (12/11), para timses berlomba menyampaikan program unggulan terkait tema tersebut dan mempertanyakan program dari pesaingnya.
Seperti Timses Paslon nomor urut 03 (Benyamin Davnie-Pilar Saga) Veri Muhlis yang ditanya oleh panelis terkait dampak positif dari keberadaan gedung UMKM dan dikhawatirkan hanya menjadi etalase semata.
Veri menjelaskan, gedung yang dibangun di era kepemimpinan Airin Rachmi Diany bakal dijadikan pusat pergerakan ekonomi rakyat di Tangsel. Apalagi di masa pandemi Covid-19, dengan adanya fungsi gedung itu akan membantu pelaku usaha khususnya para UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah).
“Tujuan supaya menjadi pusat pergerakan UMKM bukan hanya pusat PNS (birokrat) tapi pusat gedung rakyat. Gedung dari lantai 1 dan seterusnya tentunya ada fungsinya untuk generasi milinel, para pembuat film, pedagang dan lainnya. Kita akan melanjutkan keberhasilan dari kepeminpinan Airin dan pak Benyamin,” ungkapnya.
Selain itu, Timses nomor urut 03 juga disinggung soal isu korupsi, Veri mengatakan, persoalan korupsi baginya hanya pengaitan personal kandidatnya dari jejak masa lalu apalagi saat ini dalam konteks pilkada.
“Dalam konteks di Tangsel itu bisa dicek datanya ada berapa Kepala Dinas yang ditangkap yang kena OTT tidak ada. Kalo kita mengaikatkan dalam konteks tadi karena sedang pilkada mengaitkan dengan latarbelakang misalnya calon dengan keterkaitakan seseorang itu banyak sekali digital (rekam) bukan hanya di kami,” imbuhnya.
Sementara di sisi Timses nomor urut 01 (Muhamad-Rahayu) Badrusalam, panelis juga menanyakan realisasi program Rp 100 juta per RW per tahun. Tak hanya itu, program paslon 01 juga dianggap oleh Timses 03 sebagai follower (pengikut) pasalnya program tersebut sudah dilakukan di masa kepemimpinan Airin-Benyamin.
Badrusalam pun menerangkan bahwa program paslon 01 diketahui mengadopsi dari Pemerintahan Kota Semarang. Meski program ini juga telah dilakukan di periode saat ini, ia pun tak menampik. Namun bedanya, program ini nantinya dikreasikan dan dirembukan oleh masyarakat, lalu dibuat juklak-juknis hingga dibuatkan regulasi seperti peraturan walikota atau keputusan walikota.
“Prinsipnya adalah bahwa program itu dari rakyat untuk rakyat. Endingnya adalah akan lahirnya Badan Usaha Milik Warga (BUMW). Ini pengalaman covid bahwa level ekonomi yang bertahan adalah tingkat bawah. Artinya program ini sangat berhubungan. Maka itu honor mereka akan kami naikan,” urainya.
“Disini bukan konteks bagaimana menjadi follower atau bukan follower tapi bagaimana kehadiran paslon walikota atau negara dapat dirasakan oleh masyrakat. Persoalan yang dirasakan inikan kadang-ladang merasakan itukan beda. Apa yang dirasakan saya kan beda dengan Veri (timses 03). Prinsipnya adalah kami merencanakan apa yang kami bisa laksanakan. Banyak evalusi dan temuan dilapangan, beban RT, RW itu ujung tombak dari perangkat pemerintah daerah paling depan,” tandasnya.
Sementara, program budidaya daun kelor dari paslon nomor urut 02 (Azizah-Ruhamaben) juga menarik para timses lainnya bertanya. Program ini pun dianggap menyaingi ikon Tangsel yang sudah ada yakni tanaman bungan Anggrek.
Alip Purnomo, Timses 02 menjelaskan, daun kelor dinilai dapat menggerakan ekonomi di tengah pandemi Covid-19,. Selain dapat diproduksi sebagai makanan, kata Alip, hasil riset Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung bahwa daun kelor diduga dapat melawan virus corona (Covid-19).
“Daun kelor adalah tanaman yang direkomendasi oleh WHO. Kami ingin melakukan suatu gerakan ekomoni yang ramah pandemi dan membantu masyarakat yang mengalami kesulitan dan sekaligus membangun kota,” paparnya.
Selain mempunyai dampak urban farming karena mudah menanamnya dengan tempo 3 bulan panen, daun kelor memiliki gizi yang sangat tinggi dan dapat dkreasikan dalam bentuk UMKM sebagai cluster ekonomi rakyat.
“Sambil menunggu vaksin itu jadi tentu masyarakat bisa membudidayakan menaman mulai sekarang yang mana kelor itu dalam tempo 3 bulan sudah bisa dipanen,” pungkasnya. (red/rls).