Connect with us

Kandidat Walikota Tangsel Kedepan Harus Melewati Tantangan Era Disrupsi

Opini

Kandidat Walikota Tangsel Kedepan Harus Melewati Tantangan Era Disrupsi

Oleh : Dwi Haryanto (Sekjen Serikat Media Siber Indonesia Kota Tangsel)

Menjelang tahun politik 2020 semua kandidat bakal calon akan berlomba-lomba menawarkan konsep pembangunan baik infrastruktur maupun ekonomi. Hal demikian upaya dari seorang kandidat atau calon untuk menarik perhatian dari masyarakat guna memilih dirinya melalui kampanye-kampanyenya.

Begitupula, dengan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang akan menyelenggarakan pilkada pada tahun depan, sampai hari ini begitu banyak bermunculan bakal calon yang menawarkan dirinya baik dari kalangan Akademisi, artis, maupun politis untuk maju di Pilkada Tangsel 2020, dan mulai melakukan loby-loby politik kepada partai politik.

Namun problemnya, saat ini kandidat-kandidat yang bermunculan saat ini mampukah menghadapi tantangan era disrupsi yang saat ini sedang berkembang.? Disrupsi menurut KBBI adalah hal yang tercerabut dari akarnya yang diartikan dalam bahasa secara sederhana perubahan masyarakat yang mendasar / fundamental yang mana era disrupsi ketika perilaku masyarakat bergeser dari dunia nyata ke dunia maya. Misalnya Ojek yang biasa di pangkalan kini sudah online, kemudian belanja di Mall kini sudah bisa belanja melalui gawai (gadget), dan segala aktivitas yang tadinya bertransaksi dengan bertemu langsung kini sudah tidak lagi harus repot-repot bertemu baik produsen dan konsumen.

Terlebih lagi Kota Tangsel yang bermotokan Cerdas, Modern, Dan Religius di bawah pimpinan Airin Rachmi Diany (ARD) SDM dan warganya masih jauh tertinggal dengan masyarakat kota besar lainnya seperti Jakarta dan Bandung, yang mana secara SDM yang memupuni serta pelayanannya sangat efektif dan penuh inovasi.

Walaupun saat ini pembangunan infrastruktur bisa dikatakan baik. Kemudian berbagai aplikasi online pelayanan masyarakat sedang digalakkan oleh pemerintahnya. Namun pembangunan infrastruktur SDM yang masih minim tentu menjadi pekerjaan yang berat bagi wilayah yang masih dikatakan masih belia.

Tantangan di era disrupsi bisa menjadi ancaman juga bisa menjadi opurtunity bagi masyarakat yang terjaga (sadar) dengan perkembangan zaman digital. Terlebih lagi evolusi industri 4.0 yang saat ini generasi milenial di Tangsel masih dikatakan gagap, belum sepenuhnya siap bertanding dengan eksternal mereka (warga di luar Tangsel). Kemudian Indonesia yang menghadapi bonus demografi yang pastinya berimbas kepada setiap daerah, termasuk Kota Tangsel.

Bonus Demografi yang dimaksud yakni meningkatnya jumlah penduduk dari kalangan generasi milenial yang juga tentu akan menambah angka pengangguran di Kota Tangsel setelah lulus dari bangku sekolah maupun kuliah dengan tanpa bekal pelatihan kerja yang mantap, karena sudah disibukkan dengan fokus kelulusannya saja.

Kemudian, sebagian orang-orang yang belum siap dengan kemajuan zaman digital mungkin menganggap sebuah ancaman, karena kurang tanggapnya terhadap informasi yang berkembang di dunia Maya. Hal demikian bisa didapati warga-warga pinggiran Kota Tangsel dan juga orang-orang tua yang umurnya 50 tahun keatas.

Peluang yang bisa didapatkan di era disrupsi tentunya bisa didapatkan jika pemangku kebijakan kuat dari segi Enviromental Scanning, yang mana analisis lingkungan menjadi pondasi dasar dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang akan diambil. Kedua, Formulation Strategy, yang mana rumusan-rumusan strategi yang baik, efisien, tepat sasaran guna tidak terjebak dengan konsepsi akal-akalan. Ketiga, Strategy Implementation, hal ini juga harus didukung semua elemen masyarakat, karena sebuah Konsepsi yang matang jika tidak ada Political Will, akan menjadi konsepsi yang bias.

Dan yang terakhir adalah evalution and Control menjadi point apakah berhasil atau tidak gagasan dan konsep diterapkan. Karena hasil tentunya menjadi nilai yang mutlak dalam suatu perencanaan. Bukan hanya pemangku kebijakan yang harus mengontrol serta mengevaluasi program-programnya melainkan Seluruh elemen masyarakat ikut dalam mengawasi kebijakan-kebijakan yang diambil pemangku kebijakan nantinya.

Jadi, di era disrupsi Tangsel sebagai Kota modern sesuai mottonya yang di topang pengembang-pengembang swasta besar, kedepannya harus mampu menciptakan terobosan dan inovasi yang sesuai dengan perkembangan zaman. Hal-hal yang kurang efektif dan memakan biaya berlebihan seperti kunjungan kerja yang tidak membuahkan hasil apapun sudah harus diatur dengan kadar sesuai kebutuhannya saja. Dan dari segi pelayanan juga sudah harus otomatis, seperti halnya membuat kopi sudah tidak perlu lagi mengaduk kopi dan gula, sudah harus di tekan dan keluar kopinya.

Menjadi kandidat Calon Walikota Tangsel, tentunya harus memiliki komitmen untuk kesejahteraan ekonomi masyarakatnya, dan juga berkomitmen meningkatkan dunia pendidikan serta membangun infrastruktur SDM guna menuju Kota yang Cerdas.

Untuk membangun Kota Tangsel yang sesuai dengan mottonya cerdas, modern, dan religius Di era Disrupsi saat ini gerakan gotong royong dan kerjasama antar lembaga dibutuhkan, karena kerjasama antar lembaga masyarakat dan Komunitas-komunitas yang saat ini hampir sama sekali tidak tersentuh oleh pemangku kebijakan kedepannya harus disinergikan. Dan kandidat-kandidat yang mengerti tentang hal ini, yang tentunya dia yang akan memimpin Tangsel kedepannya.

Semoga pemimpin kedepannya setelah peninggalan ARD, bisa melanjutkan motto CMORE yang lebih relevan dan kedepannya Tangsel menjadi kota idaman dan aman bagi masyarakatnya.

To Top
Exit mobile version