Connect with us

Ratusan Pelajar Tangerang Raya Gelar Aksi Tabur Bunga

Edukasi

Ratusan Pelajar Tangerang Raya Gelar Aksi Tabur Bunga

Ratusan pelajar SMA se-Tangerang Raya, melakukan Aksi tabur bunga kepada korban penusukan tawuran. Dengan mengunakan kendaraan bak terbuka, bus dan angkutan umum di makam daerah Kebon Nanas, Cikokol, Tangerang, Jumat lalu, (12/10/17).

Pelajar yang tergabung dalam Aliansi Alumni Pelajar Tangerang Raya (Alpetara), rutin melakukan kunjungan ke makam almarhum Teguh Setyo Budi atau yang akrab disapa ‘Djawa’. Ia sendiri merupakan salah satu korban dari aksi tawuran yang terjadi pada 12 Oktober 2002 silam.

“Kegiatan nyekar ini rutin diadakan setiap tanggal 12 Oktober yang sudah di deklarasikan di antara teman-teman Alpetara. Ini merupakan yang ke 15 kalinya semenjak insiden berdarah tersebut,” papar Ketua Alpetara Agia Adha.

Kebetulan, lanjutnya pelajar yang ikut ini tidak tahu dan tidak paham siapa sih almarhum ‘Djawa’. Sebenarnya, kegiatannya hanya menabur bunga, mengirim doa dan bersilaturahmi ke keluarga korban.

“Teman-teman yang ikut perwakilan dari beberapa sekolah yang ada di Tangerang Raya yang lekat dengan stigma tawuran,” tuturnya.

Pada 2016 silam, Alpetara dibentuk dengan melakukan deklarasi di Taman Potret, Cikokol Tangerang. Tujuannya adalah sebagai wadah bagi pelajar untuk tidak melakukan kembali tawuran dan kegiatan kekerasan lainnya. Alpetara dibentuk sebagai Do’a dan simbol permintaan maaf para senior karena telah mewariskan budaya tawuran ini kepada penerusnya.

“Jadi alumni yang mengakomodir perkumpulan atau aliansi ini, untuk memperkuat komitmen, deklarasi anti tawuran kita berikan wadah kepada teman-teman pelajar untuk berjanji stop tawuran antarpelajar. permintaan maaf kami para senior yang sudah mewariskan budaya tawuran,” imbuh Aghia alumni SMKN 2 Kota Tangerang.

Aliansi ini dibentuk berangkat dari keprihatinan, Ketua Alpetara, Agia dan para alumni sekolah yang berada se-Tangerang Raya prihatin saat melihat para pelajar sering tawuran hingga memakan korban jiwa. Karena, budaya tawuran itu terus turun temurun hingga sekarang. Agia lantas mengumpulkan teman-teman seangkatannya mendirikan Alpetara. Tujuannya, menghentikan budaya Stop tawuran.

Sejak Alpetara terbentuk, kemudian rutin road show ke sekolah-sekolah, terutama sekolah yang menjadi biang tawuran. Mengajak para pelajar bergabung ke Alpetara untuk berkomitmen menghentikan aksi koboi jalanan.

Meski begitu, ia mengatakan tidak seluruh siswa dari pelajar se-Tangerang Raya yang mau deklarasi menolak tawuran. Terbukti, masih ada beberapa yang melakukan aksi tersebut di lapangan. “Baru sekitar 80 persen pelajar saja yang mau deklarasi. Selebihnya ya, mereka yang masih belum sadar saja. Tawuran dan kenakalan remaja lainnya secara tidak langsung masih ada di lapangan,” tambahnya.

Sejak Alpetara dibentuk, melakukan kegiatan ke sekolah-sekolah mengajak para pelajar menghentikan budaya tawuran. Bahkan, mereka sudah bertemu dengan Walikota Tangerang Arief R Wismansyah pada 11 April lalu. Dikutip dari portal Alpetara, kepada walikota mereka berkomitmen untuk mencegah tawuran.

Sebelum bertemu dengan walikota, Alpetara sudah melakukan deklarasi Stop Tawuran bersama para pelajar se-Tangerang Raya 1 Oktober 2016 lalu di Taman Potret Cikokol. Agia menegaskan Alpetara harus menjadi cikal bakal pemutus mata rantai tawuran antar pelajar yang kerap terjadi di Kota Tangerang dan sudah seharusnya kebiasaan itu dihentikan dan tidak terjadi lagi kepada generasi baru selanjutnya. (Har)

To Top
Exit mobile version