BANTEN OKE
Realisasi Roadmap Smelter Dikebut
Pembangunan smelter ini adalah implementasi dari amanat Undang-Undang (UU) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Dalam UU itu, para pemegang Kontra Karya (KK) yang melakukan kegiatan produksi, diwajibkan membangun smelter, dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 1 Tahun 2014 yang keduanya menegaskan bahwa semua produk mineral sudah tidak bisa ekspor konsentrat, kecuali hasil pemurnian yang dilakukan di dalam negeri
Menurut data dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Minerba, jumlah Izin Usaha Pertambangan (IUP) sampai dengan Juni 2014, mencapai 102 IUP, dengan realisasi yang sudah ground breaking dan awal konstruksi pabrik smelter sebanyak 12 IUP. Sedangkan yang telah mencapai pertengahan tahap konstruksi pabrik ada 21 IUP, akhir tahap konstruksi empat IUP dan tahap produksi (commissioning) 25 IUP.
“Ada tujuh komoditas yang kita garap pengolahan dan pemurniannya,†kata Direktur Jenderal (Dirjen) Minerba, R. Sukhyar, Senin (18/8/2014).
Tujuh komoditas itu meliputi: Nikel, Bauksit, Besi, Mangan, Zirkon, Timbal dan Seng, serta Kaolin dan Zeolit. Jika dirinci per komoditas, untuk Nikel sudah ada 30 smelter dengan 36 IUP, Bauksit lima unit smelter dengan 10 IUP, komoditas besi tujuh IUP dan tujuh unit smelter.Ditambah Mangan, tiga unit smelter tiga IUP, Zirkon 13 unit 13 IUP, Timbal dan Seng dua IUP dan dua unit smelter, sedangkan Kaolin dan Zeolit empat IUP dan empat unit smelter. Total keseluruhan 76 IUP dan 64 unit smelter.
Untuk komoditas Nikel dominan perusahaan berlokasi di Sulawesi dan Kepulauan Maluku. Ada dua perusahaan yang pembangunan smelternya mencapai 81-100 persen. Yaitu PT Indoferro dan PT Cahaya Modern Metal Industri, masing-masing satu smelter dengan kapasitas 250 ribu ton per tahun (tpy) dan 7.500 tpy, dengan investasi 210 juta dollar AS.
Komoditas bauksit PT Indonesia Chemical Alumina dengan kapasitas 300 ribu tpy dengan total investasi yang dibenamkan 490 juta dollar AS. Sementara di komoditas bijih besi ada tiga perusahaan yang telah beroperasi, yaitu PT Krakatau Posco yang telah beroperasi awal 2014 dengan investasi sebesar tiga miliar dollar AS, PT Meratus Jaya Iron Steel dengan investasi 130 juta dollar AS dan telah produksi 2013 dan PT Delta Prima Steel dengan investasi 40 juta dollar AS.
Dilanjutkan komoditas mangan dari tiga perusahaan, dua di antaranya progress 100 persen. Dua perusahaan tersebut PT Century Metalindo investasinya mencapai lima juta dollar AS berkapasitas 18.000 – 24.000 tpy dan PT Indotama Ferro Alloy dengan investasi sebesar tiga juta dollar AS.
“Komoditas Zirkon ada 13 perusahaan dan semuanya 100 persen sudah berdiri smelter,†kata Sukhyar, menegaskan.
13 perusahaan tersebut antara lain: PT Monochem Surya, PT Katingan Imnas Sarana, CV Agung Persada, PT Tatanan Indah Cemerlang, PT Irvan Prima Pratama, CV Harapan Mandiri, PT Zirmet Mining, CV Usaha Maju, PT Karya Res Lisbeth, PT Bumi Kencana Sentosa, PT Borneo Lintas Serawak dan PT Lubuk Katingan Perdana total investasi 28,5 juta dollar AS.
Tidak hanya Zirkon, empat perusahaan yang melakukan pengolahan Kaolin dan Zeolit juga telah menyelesaikan pendirian smelter, yakni: PT Garuda Artha Resources, PT Panja Multi Mineralindo, PT Wahah Tekmindo berkapasitas 24.000 tpy, PT Bojong Buana Mineralindo dengan kapasitas 16.000 tpy.(Sny)