Edukasi
Pelajaran TIK Dihapus, Mendikbud Tidak Peka
Sayangnya, banyak orang yang merasa Indonesia tidak menjawab tantangan tersebut dengan ditiadakannya mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah-sekolah sejak Juli lalu.
Bertepatan dengan hari pendidikan nasional, Onno W. Purbo – seorang tokoh bidang teknologi di Indonesia yang cukup terkenal berkat karya tulisan dan prestasinya di kancah internasional – melayangkan “surat cinta†kepada menteri pendidikan dan kebudayaan Muhammad Nuh.
Pak Onno melihat TIK dan para guru TIK sebagai aset penting bagi perkembangan Indonesia kedepannya, dan berharap mata pelajaran itu bisa masuk kembali ke dalam pelajaran sekolah. Berikut isi surat tersebut:
Assalamualikum Wr. Wb.
Saya prihatin dengan TIK (ICT) di Kurikulum 2013, apalagi setelah berdiskusi dan bertemu dengan guru-guru TIK dari berbagai daerah di Seminar AGTIKKNAS di Gedung A Senayan tanggal 26 April 2014 yang lalu.
Saya melihat guru TIK & TIK di sekolah sebagai kunci dan aset yang sangat strategis untuk bangsa Indonesia ke depan. Khususnya untuk memenuhi hak azasi bangsa menjadi pandai dan dapat mengeksplorasi pengetahuan tanpa dibatasi oleh struktur sekolah, ruang kelas, bangunan dan waktu. Ini penting karena sistem pendidikan konvensional, hanya mampu menjamin 10% dari bangsa menjadi sarjana. 90% lainnya harus gigit jari karena dibatasi oleh ruang, waktu dan biaya.
Saya bermimpi agar ada pemberdayaan guru TIK untuk mentransformasikan sekolah menjadi e-learning/e-school tanpa menjadikan para guru TIK sebagai sales tanpa dibayar oleh vendor software proprietary yang tidak open source. Ini sangat penting agar bangsa ini menjadi Berdaulat dan Merdeka tidak dijajah software proprietary yang tidak open source. Semoga keberadaan e-school bisa membantu menaikan throughput pendidikan agar anak kita yang masuk SD dapat jaminan menjadi sarjana 16 tahun kemudian.
Saya prihatin mendengarkan cerita guru TIK yang harus menjelma menjadi guru BK, guru-guru mapel lain, bahkan menjadi jajaran birokrasi di Dinas. DIKNAS kehilangan aset yang luar biasa dan harus memulai banyak hal dari NOL jika ini dibiarkan. DIKNAS harus cepat mengubah arah gerakan ini agar fondasi pendidikan tidak goyah dan mampu untuk mendukung perubahan bangsa menuju knowledge based society.
Usulan penguatan pondasi pendidikan yang terkait TIK adalah:
Mata Pelajaran TIK tetap di pertahankan. Lebih baik lagi jika di kembang untuk menunjang transformasi seluruh sekolah menjadi e-learning / e-school.
Ubah isi mata pelajaran TIK menjadi penunjang explorasi pengetahuan siswa. Dengan kondisi yang ada di sekolah terutama di daerah, tidak mungkin kita mengandalkan guru-guru mata pelajaran normal untuk membantu explorasi pengetahuan berbasis TIK. Saran saya, ubah isi TIK dari skill menggunakan komputer menjadi keterampilan untuk explorasi pengetahuan, seperti, simulasi berbagai bidang ilmu, akses ke e-library, online learning menggunakan moodle, dll.
Berdayakan guru TIK agar mendukung explorasi pengetahuan & e-learning berbasis open source. Proses transformasi sekolah menjadi sekolah berbasis TIK hanya dimungkinkan jika kita memberdayakan dengan baik guru TIK. Kita perlu menyiapkan modul sekolah berbasis TIK dan Training of Trainer bagi para guru TIK bahkan menyekolahkan mereka ke jenjang yang lebih tinggi.
Saya yakin di akhir masa jabatan Pak Nuh sebagai MENDIKNAS akan legowo dan berbesar hati untuk menanamkan fondasi yang kuat dalam dunia pendidikan agar bangsa ini dapat menjadi bangsa yang besar di wilayah Asia Tenggara. Semoga Allah memberikan kekuatan dan membalas budi baik Pak Nuh.
Wassalam Wr. Wb.
Onno W. Purbo
(sumber: id.techinasia.com/detik.com)
Baca juga: “Surat cinta†untuk menteri pendidikan terkait penghapusan mata pelajaran TIK http://id.techinasia.com/surat-cinta-untuk-menteri-pendidikan-terkait-penghapusan-mata-pelajaran-tik/