Connect with us

Teknologi dan Komunitas Modal Utama Pembangunan di Tangsel

Info SKPD

Teknologi dan Komunitas Modal Utama Pembangunan di Tangsel

Penerapan teknologi tidak dapat dipisahkan dalam konsep pembangunan di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Di tengah itu, komunitas masyarakat menjadi motor utama lewat kreativitasnya.

Secara geografis, ada sembilan situ dan lima aliran sungai yang membelah wilayah Tangsel. Sekretaris Dinas Tata Kota, Bangunan dan Pemukiman Kota Tangsel, Mukkodas Syuhada melihat, potensi demikian sangat cocok untuk pengembangan Eco Wisata Innovatif.
Saat ini, di Kota Tangsel tengah berjalan penataan wilayah berbasis komunitas.

Langkah nyatanya, dihidupkannya lahan-lahan tidur sebagai wadah kegiatan kreativitas oleh komunitas. Di tempat itu juga, disediakan pasar ekonomi kreatif untuk memasarkan hasil kreasi.

“Pengembangan akan terus dilakukan setidaknya selama lima tahun kedepan. Tempat aktivitas warga ini dibuat semacam kampung wisata dengan konsep taman kota atau hutan kota. Transportasi sungai dipakai untuk menghubungkan kampung-kampung wisata itu,” terang Mukkodas, Kamis (12/5).

Ditambahkannya, dalam kota masa depan itu akan didirikan berbagai sarana dan prasarana untuk membuat nyaman warganya, seperti pembangunan pedestrian melayang untuk para pejalan kaki, lift dan eskalator khusus kaum disable, dilengkapinya fasilitas keamanan dengan berbagai kamera pengawas atau CCTV, serta aplikasi tombol panik di hand phone, dan vending machine untuk makanan dan minuman.

Tak hanya itu, dalam hal informasi, warga masyarakat  dibuatkan sistem online yang akan meng-update seputar tata ruang, titik kemacetan, titik bencana dan jalur evakuasinya, hal itu bisa memangkas waktu yang biasanya menggunakan jalur birokratis.

“Informasi dan pelayanan publik akan dibuatkan fasilitas online agar warga masyarakat dapat cepat mengaksesnya, dan semua itu terhubung ke pusat pemerintahan Kota Tangsel,” paparnya.
Untuk pencegahan banjir yang rawan melanda kota besar, setiap kawasan dan taman di Kota Tangsel dibangun sistem panen hujan. Teknisnya, air yang datang langsung dialirkan masuk kedalam bak penampungan yang ada dalam tanah, lalu nantinya air dapat kembali diolah secara langsung untuk kebutuhan air bersih.

“Jadi sistem panen hujan tidak hanya meminimalisir bahaya banjir saja, tapi juga melestarikan lingkungan. Penggunaan air tanah menjadi berkurang, begitu juga listrik. Masyarakat bisa memanfaatkan air hujan yang tertampung tadi,” ujar Mukkodas.

Poin terpenting, pembangunan kota yang berbasis komunitas itu, penggerak roda perekonomian masyarakat adalah komunitas-komunitas itu dengan kreativitas dan nilai sosialnya. Komunitas itu terdiri dari para sukarelawan yang memiliki kreatifitas dan kegiatan-kegiatan sosial yang memberikan dampak langsung terhadap masyarakat marginal yang menjadi mayoritas penduduk kota. Sehingga tidak akan terjadi ketimpangan sosial didalam masyarakat.

Tentunya, membangun kota masa depan yang berbasis komunitas tersebut tidaklah mudah. Diperlukan banyak dukungan dan peran berbagai pihak untuk merealisasikannya.

“Idealnya, sebuah kota masa depan itu adalah kota yang dibangun oleh komunitas, difasilitasi oleh pemerintah serta didukung oleh swasta, akademisi, praktisi dan media,” urainya.

Di satu sisi, berdasarkan usulan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), ada kurang lebih 200 rumah di kawasan pemukiman penduduk yang akan menjalani program bedah rumah tahun 2016 ini.

“Rencana itu sudah dibahas di Musrenbang. Lalu tembusannya dilanjutkan ke Badan Perencana Pembangunan (Bappeda) Tangsel. Usulan dapat diakomodir hanya yang sudah dibahas dalam Musrenbang,” jelas Kepala Bidang Perumahan dan Pemukiman DTKB Kota Tangsel, Carsono.
Untuk nominal anggaran per-satu rumah ditarget sebesar Rp 65 juta, didalamnya termasuk biaya material bangunan dan tukang serta kernet, sebanyak lima orang. Selain itu, lingkungan juga ikut berpartisipasi dalam pembangunan bedah rumah. Adapun ukuran yang harus dibangun sebesar 30 meter persegi.

“Luas tanah sesuai dengan aturan, tidak lebih dari 30 meter persegi. Tanah harus jelas statusnya, ada surat-surat resmi, baik sertifikat atau hibah. Bila hibah harus ada kererangan hibah dari siapa,” kata Carsono.

Pembangunan berjalan secara swakelola. Jadi, tenaga dari masyarakat, dimana pemerintah daerah hanya mengeluarkan anggaran dan melakukan pengawasan. Masih dirasa penting bagi Carsono, sosialisasi terhadap para pemilik toko bahan bangunan. Tujuannya supaya mau bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan bahan material.

“Pelajaran tahun lalu, banyak pemilik bahan bangunan atau material yang tidak mau dihutangin karena takut tidak dibayar, dan banyak pemilik material di Tangsel yang belum memiliki NPWP dan izin usaha, sehingga tidak bisa mengambil barang di sana,” tandasnya. (ADV)

Continue Reading
Advertisement
You may also like...
To Top